NO WASTING TIME!

Jumat, 17 Juni 2011

Dalam Pendidikan, Kejujuran adalah Segalanya

Dalam sepekan terakhir, publik dikejutkan dengan pengungkapan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) SD di SD Gadel II oleh salah seorang orangtua siswa, Siami. Dugaan yang sama juga disinyalir terjadi dalam ujian nasional di SD 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pakar Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Arief Rachman mengatakan, tidak boleh ada kompromi terhadap kecurangan. Dalam pendidikan, kejujuran adalah segalanya.

"Kejujuran harus menjadi gerakan nasional. Dalam bidang pendidikan tidak ada kompromi. Di semua jenjang, dari TK sampai dengan Professor," kata Arief saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/6/2011).

Ia juga mengatakan, program pendidikan harus bertanggungjawab dalam memberikan proses yang betul-betul mengembangkan potensi peserta didik. "Bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi memunculkan potensi pada anak-anak peserta didik," katanya.

Oleh karena itu, Arief mengimbau para pemegang kewenangan dalam dunia pendidikan harus melakukan evaluasi harian, evaluasi bulanan, evaluasi per semester dan evaluasi di akhir tahun ajaran.

"Evaluasi itu harusnya tidak hanya kognitif, tetapi juga afektif. Letak kecurangan ada di evaluasi. Dimana sekolah berstrategi untuk meluluskan siswa-siswanya. Inilah yang harus dihantam. Jangan melakukan evaluasi hanya di ujung tahun," tandasnya.

"Ketika anak tidak lulus, tidak akan hancur harkat dan martabatnya. Tapi ketika tidak jujur, maka harkat pun hancur," tambah Arief.

Ia menilai, ketakutan para orang tua jika anaknya tidak lulus merupakan sesuatu yang wajar. Akan tetapi, menjadi tak wajar ketika segala cara ditempuh demi mengharapkan kelulusan itu.

"Selain itu, orangtua juga harus disadarkan. Apa yang terjadi di Gadel adalah masyarakat sakit, karena mengusir orang yang berusaha jujur. Saya pikir ini harus ada satu langkah struktural dan kultural. Langkah struktural adalah memberikan sanksi tegas dan tak kenal kompromi kepada pihak-pihak yang terbukti terlibat. Langkah kultural perlu dipertimbangkan karena pendidikan tidak berdiri sendiri, ketika ekonominya surut maka pendidikan juga akan surut. Ketika hukumnya kendur maka proses pendidikan juga akan mengendur. Karena memang pendidikan tidak berdiri sendiri," pungkasnya.

edukasi.kompas.com

0 komentar: