NO WASTING TIME!

Mendamba UN yang Jujur

OPINI | Dimuat di Jurnal Nasional pada Senin 18 April 2011

Sertifikasi Otomatis Cetak Guru Profesional?

Dimuat di Harian Solopos pada Selasa 4 Nopember 2008

Wajah Bopeng Pendidikan Kita

Refleksi Hardiknas

Kaji Ulang Ujian Nasional

Dimuat di Jurnal Nasional pada Sabtu 11 Mei 2013

Setelah RSBI dibubarkan

OPINI | Sutrisno, Guru SMPN 1 Wonogiri

Selasa, 19 April 2022

Ramadhan dan Merdeka Belajar

 




Puasa pada bulan Ramadhan merupakan wahana yang ampuh untuk internalisasi nilai pendidikan karakter ke dalam diri anak-anak atau peserta didik. Dalam dunia pendidikan, puasa Ramadan bisa dimanfaatkan sebagai momentum memperkuat karakter siswa. Saat ini pendidikan karakter ialah salah satu hal yang dikedepankan dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak hanya menanamkan pengetahuan yang modern, tetapi juga berupaya membangun keyakinan dan pembentukan karakter peserta didik yang mampu mengembangkan potensi dalam diri mereka.

Konstitusi mengamanatkan pembentukan insan cerdas secara intelektual, cerdas emosional, berkepribadian, berkarakter nilai-nilai luhur dan agama. Dengan porsi dominan pada pendidikan karakter di sekolah dasar, mata pelajaran lebih sedikit, menekankan konten, tematik dan menempatkan guru sebagai inspirator; diharapkan mendorong lompatan-lompatan pemikiran siswa. Kita mendukung prioritas pendidikan karakter sejak tingkat dasar, mengingat keberhasilan seseorang 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, dan hanya 20 persen ditentukan kecerdasan otak (IQ).

Lantas, bagaimana upaya membangun pendidikan berkarakter dalam bulan Ramadhan? Pertama, pendidikan karakter harus dimulai dari keluarga. Keluarga menjadi institusi penting dalam membentuk pendidikan berkarakter bagi anak. Jika keluarga gagal melaksanakan tugas tersebut, sekolah akan mengalami kesulitan untuk menangani anak didik. Institusi keluarga memiliki tiga fungsi penting, yakni fungsi pendidikan, fungsi agama, dan fungsi ekonomi. Dalam bulan Ramadan, anak bisa dilatih dan diajarkan dengan nilai kejujuran, kedisplinan, kesabaran, amanah, dan jiwa sosial. Keluarga menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak dalam memberikan pemahaman yang benar seputar karakter. Di bulan Ramadhan inilah, seseorang yang menjalankanya bisa mengamalkan nilai-nilai karakter yang luhur tersebut, sebab subtansi dari puasa sendiri pada dasarnya adalah nilai-nilai karakter itu sendiri.

Kedua, kepala sekolah, pendidik (guru), dan tenaga kependidikan yang berkarakter. Yaitu orang-orang yang mampu menjunjung tinggi kejujuran, moralitas, etika, tata krama, dan sopan santun yang ke depannya akan menjadi teladan bagi para siswa. Proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral. Pendidik yang menjunjung tinggi nilai moral akan mengutamakan nilai moral ketika berlangsungnya proses tranformasi ilmu dan keterampilan kepada peserta didik.

Pendidik harus dapat dijadikan panutan oleh peserta didik, berlaku adil dan ramah di dalam kelas, keluarga, dan masyarakat. Melalui keteladanan itulah diharapkan siswa mampu menyerap dan menginternalisasikan apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat dari perilaku dan tindakan orang-orang di lingkungan sekolah ke dalam dirinya untuk kemudian menjadi bagian dari kepribadiannya. Sekolah dan pihak terkait selama Ramadhan dapat menyelenggarakan pesantren kilat atau kegiatan yang bernunasa relegius, semisal tadarus, melatih siswa untuk kultum/khotbah, salat tarawih, bhakti sosial, pelatihan zakat, dll. Dengan pembiasaan (conditioning) aktifitas di bulan Ramadan, maka terbentuk karakter tersebut di luar bulan Ramadan. Sehingga ruh dan etos Ramadan senantiasa hadir dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, pihak sekolah perlu membuat semacam teknis pendidikan berkarakter. Pendidikan berkarakter bisa dimasukkan menjadi bagian di dalam pembelajaran selama di rumah, rencana pembelajaran, dan silabus yang dikemas di dalam kurikulum pendidikan semasa pandemi covid-19. Serta membuat peraturan soal pendidikan karakter, misalnya: cara berpakaian, dilarang merokok, bertato, dilarang menyebar foto/gambar yang tak pantas, dan membawa barang-barang mewah dll.

Keempat, peran pemerintah. Disamping memberikan dana, maka ada banyak hal yang semestinya dibenahi antara lain: pemerintah harus berani memberhentikan kepala sekolah yang bertindak diskriminatif, otoriter, dan menjadi raja-raja kecil yang tertutup, tanpa memandang hubungan keluarga dan hutang politik, menindak tegas pelaku sogok pada saat penerimaan siswa baru, para guru yang terlibat suap, birokrasi sekolah yang menyusahkan rakyat miskin, dan pemberantasan pungli di lingkungan pendidikan. Termasuk, menindak guru, kepala dan sekolah yang melanggar protokol kesehatan sehingga membuat klaster baru sekolahan penularan covid-19.

Kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, budaya, dan jati diri bangsa. Pengambilan kebijakan pemihakan terhadap pembangunan karakter secara konsiten ini mencerminkan karakter pemerintah yang sangat efektif dalam membangun kesadaran dan semangat pelaku pendidikan. Jika hal tersebut di atas berhasil dilaksanakan maka pemerintah akan semakin kuat legitimasinya sebagai garda depan dalam pembentukan karakter.

Kelima, melibatkan masyarakat secara penuh mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi. Makna karakter yang ingin dibentuk pada peserta didik harus berasal dari masyarakat dan menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan hanya sekolah. Pilihlah pegawai pemerintah yang eligible, berkarakter kuat, dan mau fokus dan bekerja keras dalam membangun pondasi program ini. Program ini hanya bisa optimal jika penggeraknya adalah orang-orang yang disegani karena dedikasi dan karakternya yang baik.

Pendidikan karakter sangat terkait dengan kebijakan “Merdeka Belajar” yang di gagas Mendikbud Nadhiem Makarim. Secara filosofi Merdeka Belajar berarti mengajarkan cara mendidik anak untuk menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirnya, dan merdeka fisiknya. Pendidikan karakter merupakan sarana efektif dalam mewujudkan merdeka belajar. Merdeka belajar yang akan menciptakan SDM yang berkarakter unggul dan berakhlak mulia. Di bulan Ramadhan ini, meraka para guru/tenaga pendidik penggerak, kepala sekolah penggerak, pegiat pendidikan penggerak, dan semua orang penggerak yang merdeka dalam pendidikan harus bergerak serentak mewujudkan merdeka belajar. Mari ciptakan bangsa yang berkarakter dengan membenahi pola pikir dan mentalitas kita selama ini dengan semangat merdeka belajar.

*Penulis adalah Sutrisno, Guru SMPN 1 Wonogiri, Domisili: Jl Kencur Selatan I No 8 Pajang Laweyan  Surakarta

*Artikel ini sudah diterbitkan oleh Harian SOLOPOS pada tanggal 13 Aril 2022.

Minggu, 03 April 2022

KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX

 



Kisi-Kisi Penilaian Akhir Semester Genap Kelas IX

Tahun Pelajaran 2021/2022

SMP Negeri 1 Wonogiri


DOWNLOAD disini

Tonton selengkapnya di

YouTube trisnosolo Channel


Semoga bermanfaat. Aamiin.

trisnosolo