NO WASTING TIME!

Mendamba UN yang Jujur

OPINI | Dimuat di Jurnal Nasional pada Senin 18 April 2011

Sertifikasi Otomatis Cetak Guru Profesional?

Dimuat di Harian Solopos pada Selasa 4 Nopember 2008

Wajah Bopeng Pendidikan Kita

Refleksi Hardiknas

Kaji Ulang Ujian Nasional

Dimuat di Jurnal Nasional pada Sabtu 11 Mei 2013

Setelah RSBI dibubarkan

OPINI | Sutrisno, Guru SMPN 1 Wonogiri

Kamis, 18 Februari 2010

Bangkitkan Atmosfer Penelitian Sejak Usia Dini

Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia 2009

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyelenggarakan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2009. Kegiatan ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.

OPSI merupakan wahana pengembangan dan kompetisi dalam bidang penelitian bagi siswa tingkat Sekolah Menengah Atas, baik yang bersifat pengungkapan (discovery) maupun penemuan (invention). OPSI bertujuan untuk menjaring siswa-siswi yang memiliki bakat dalam bidang penelitian serta dapat menumbuhkembangkan budaya meneliti sejak usia dini, khususnya di kalangan siswa SMA. Dengan adanya kegiatan ini, siswa menjadi termotivasi untuk berkreasi dalam berbagai bidang ilmu sesuai dengan minat dan bakatnya. Sehingga ke depan diperoleh hasil penelitian yang orisinil, berkualitas, dan kompetitif.

Acara ini akan berlangsung mulai 16 – 20 November 2009, bertempat di Plaza Gedung A Departemen Pendidikan Nasional, Senayan, Jakarta Pusat. Sebanyak 89 peserta akan melakukan gelar poster dan pameran hasil penelitian di masing-masing stand pameran yang sudah disediakan. Selasa (17/11), masing-masing peserta sudah terlebih dahulu melakukan pemasangan poster penelitian di Plaza Gedung A, Depdiknas. Selanjutnya tiap peserta akan mempresentasikan hasil penelitian mereka pada dewan juri melalui wawancara langsung di lokasi pameran. Penilaian yang dilakukan oleh tim juri antara lain untuk menentukan makalah terbaik, display terbaik, dan interaksi terbaik. Adapun bidang-bidang yang diteliti meliputi Ekologi (Kimia, Lingkungan, Biologi) dan Sains (Fisika, Matematika, Komputer/Informatika).

Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia akan dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, pada Rabu (18/11). Dilanjutkan dengan peninjauan pameran penelitian oleh Mendiknas. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat muncul talenta-talenta muda yang unggul dalam keilmuan, kreatif dalam berfikir, dan cekatan dalam bertindak.

Kepala Sub Direktorat Kesiswaan, Dr. Mukhlis Catio M.Ed memberikan pengarahan pada peserta OPSI dalam technical meeting, Senin (16/11). Menurutnya, OPSI merupakan kegiatan berskala nasional yang sangat penting dan bergengsi, karena orientasinya sampai ke tingkat internasional. “Saya berpesan agar para siswa dapat mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dengan persiapan yang matang, menguasai bahan penelitian, tidak gugup, kosentrasi, tenang. Sehingga nanti pada saatnya melakukan presentasi anak-anak tidak kecewa. Ada tiga komponen dalam penentuan pemenang, penilaian naskah, hasil presentasi, dan penilaian poster penelitian. Siswa yang menang dalam lomba ini nanti akan dikutsertakan dalam ajang penelitian tingkat dunia. Namun sebelumnya mengikuti proses pembinaan terlebih dulu,” ujar Dr. Mukhlis Catio.

Menurut Dr. Mukhlis Catio, OPSI akan menjadi program nasional setiap tahunnya. “Oleh karena itu kita akan terus kita mensosialisasikan program ini di sekolah baik pada guru maupun siswa. Karena kita sangat membutuhkan peneliti-peneliti muda berbakat di era mendatang. Dari SMA sudah memiliki hobi meneliti, sudah ada kemauan, sudah ada kemajuan, sehingga meneliti akan menjadi kebiasaan dan budaya di sekolah. Inilah yang kita harapkan nanti,” pungkasnya.

Kepala Seksi Bakat dan Prestasi Siswa Suharlan SH, MM menambahkan, OPSI adalah terobosan baru bidang penelitian remaja. Dulunya kegiatan ini bernama LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja). Selain menghadirkan nuansa baru dari segi nama, OPSI juga menampilkan kemasan-kemasan yang lebih menarik dengan perpaduan antara konsep olimpiade internasional yaitu INEPO (International Environmental Project Olympiad) dan ICYS (International Conference of Young Scientists). Bahkan konsep OPSI ini, menurutnya nanti lebih sempurna daripada ajang internasional.

“Ada dua model penelitian internasional, yang pertama hanya ada poster dan hasil penelitian saja dan sedikit wawancara atau dialog. Sedangkan pola internasional yang kedua, tidak ada poster, tapi hanya berdasarkan presentasi atau wawancara. Nah, OPSI di sini paduan di antara kedua-duanya. Jadi lebih sempurna. Dalam OPSI ini ada peningkatan, selain mampu meneliti, siswa juga diharapkan mampu berbahasa Inggris. Ini adalah sebuah terobosan baru. Nanti ke depan OPSI ini akan terus berkembang, tidak hanya penelitian bidang ekologi dan sains saja tapi juga akan merambah ke bidang-bidang lainnya seperti bahasa/sastra, sosial, dan ilmu-ilmu lainnya. Nantinya para siswa yang menang dari OPSI ini akan mengikuti pembinaan ke tingkat internasional. Peserta yang lolos mengikuti pembinaan akan diikutsertakan pada olimpiade penelitian internasional.Diharapkan anak-anak cukup bergairah mengikuti kegiatan ini, karena konsep ke depan lebih baik, semoga kegiatan OPSI ini dapat dibuat secara berjenjang, sama seperti Olimpiade Sains Nasional,” ujar Suharlan.

Lebih lanjut Suharlan menambahkan, yang paling penting dibangun dari OPSI ini adalah sistem dan mekanisme dari proses seleksi. Sama halnya dengan Olimpiade Sains Nasional. Tahun 2009 ini adalah langkah awal terobosan baru di bidang penelitian, dan juga merupakan perubahan pola secara bertahap dari LPIR menjadi OPSI. “Terkait dengan sistem, kami sudah melakukan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi. Respon positif diperoleh dari perguruan tinggi dan dinas, sehingga pada tahun 2010 diharapkan kegiatan OPSI sudah memasyarakat, karena yang ingin kita bangun adalah bagaimana kultur dan budaya meneliti dapat berkembang di semua sekolah, baik negeri maupun swasta.” Tambahnya. advertorial

Besarnya Otak Bedakan Kemampuan Belajar

Jumat, 22 January 2010, 07:36 WIB
strategimanajemen.net


Bila anda mengalami kesulitan bermain video games, menurut para ilmuwan ini mungkin disebabkan oleh besarnya bagian tertentu dari otak anda. Sebuah penelitian terbaru dari Amerika Serikat menyimpulkan bahwa kita bisa menduga kemampuan seseorang memainkan video games dengan mengukur seberapa besar isi otaknya di bagian tertentu.

Dalam penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Cerebral Cortex, para peneliti ini mengatakan penemuan mereka bisa memiliki dampak lebih luas guna mempelajari mengapa kemampuan belajar manusia berbeda-beda. Selama ini kesepakatan umum memang menyimpulkan adanya hubungan antara besar otak dengan tingkat kecerdasan.

Namun, bagaimana persisnya hubungan tersebut masih menjadi misteri. Pada hewan atau mammal misalnya, beberapa binatang yang memiliki otak lebih kecil tergolong lebih "cerdas" dibandingkan binatang yang memiliki otak lebih besar, misalnya perbandingan antara monyet dan kuda, ataupun manusia dengan gajah.

Penelitian terbaru ini tampaknya menunjukkan bahwa ada bagian tertentu dari otak yang lebih besar, dan ini mungkin menjadi alasan mengapa masing-masing manusia memiliki tingkat belajar yang berbeda.

Main videogames
Sebuah tim gabungan dari Universitas Illinois, Pittsburgh, dan Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat mengundang 39 orang dewasa -10 laki-laki, 29 perempuan- yang dalam dua tahun terakhir bermain video games kurang dari tiga jam setiap harinya.

Mereka kemudian diminta untuk memainkan salah satu dari dua games yang sengaja dibuat untuk penelitian tersebut. Satu kelompok diminta untuk mengkonsentrasikan diri pada satu pencapaian saja, sedangkan yang lainnya diminta untuk mencapai target yang berbeda-beda.

Hasil pemindaian MRI terhadap para peserta penelitian ini menunjukkan mereka yang memiliki nucleus accumbens yang lebih besar -yang terletak di bagian otak yang memberikan hadiah- bermain lebih baik di beberapa jam pertama, mungkin karena kepuasan atas keberhasilan mereka di awal-awal permainan.

Tetapi akhirnya, mereka yang tampil paling bagus adalah mereka yang memiliki bagian otak lebih besar yang terletak di tengah otak, yang disebut caudate dan putamen.

"Penjelasannya adalah bahwa bagian otak tersebut punya hubungan dengan proses belajar dan belajar ketrampilan baru, dan juga beradaptasi terhadap lingkungan yang berbeda. Mereka ini bisa melakukan berbagai hal dalam waktu bersamaan. Ini seperti ketika dia mengemudi mobil, kita juga melihat ke jalan, melihat GPS, dan berbicara dengan penumpang lain," kata Prof Arthur Kramer dari Universitas Illinois.

Secara keseluruhan, tim peneliti menyimpulkan bahwa hampir 25% dari perbedaan performa orang per orang bisa diprediksi dengan mengukur besar otak mereka.

Usaha juga penting
Tetapi Prof Kramer mengatakan penemuan mereka tidak bisa digunakan secara absolut dalam arti bahwa seseorang yang memiliki bagian otak tertentu yang lebih besar, pasti akan lebih pintar dibandingkan yang lain.

"Ini karena sebenarnya beberapa bagian dari otak kita juga sebenarnya elastis, bisa berubah dan berkembang. Semakin banyak kita belajar, dan mengaktifkan otak kita, semakin banyak manfaatnya. Ini mungkin relevan bagi para orang tua dimana dementia (pikun) menjadi salah satu masalah," tambah Prof Kramer.

Timothy Bates, guru besar psikologi di University Edinburgh, Skotlandia mengatakan penelitian tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menetapkan adanya hubungan antara besar otak dengan kemampuan belajar.

Tetapi sama seperti Prof Kramer, Bates juga mengatakan itu bukan segalanya. "Mereka yang lahir dengan otak lebih besar bila saja dikalahkan oleh mereka dengan otak lebih kecil. Besar kecilnya otak bukanlah hal yang penting, yang penting adalah usaha kita untuk belajar dan memperbaiki diri," kata Bates.