Greeting card (5)
Mendamba UN yang Jujur
OPINI | Dimuat di Jurnal Nasional pada Senin 18 April 2011
Sertifikasi Otomatis Cetak Guru Profesional?
Dimuat di Harian Solopos pada Selasa 4 Nopember 2008
Wajah Bopeng Pendidikan Kita
Refleksi Hardiknas
Kaji Ulang Ujian Nasional
Dimuat di Jurnal Nasional pada Sabtu 11 Mei 2013
Setelah RSBI dibubarkan
OPINI | Sutrisno, Guru SMPN 1 Wonogiri
Senin, 30 November 2015
Kisi-Kisi UAS Gasal 2015-2015 Inggris Kelas 8
MULTIPLE
CHOICE
1.
Meminta
perhatian, Meminta pendapat, Memberikan pujian (1-3)
2.
Menanyakan
kemauan, Menanyakan keinginan (4-5)
3.
Member
instruksi Mengutarakan undangan Member peringatan/larangan Meminta ijin (6-9)
4.
Undangan
(10-13)
5.
Greeting
card (14-16)
6.
Describing
people (17-20)
7.
Describing
plants (21-24)
8.
Describing
people (25-28)
9.
Descriptive
text / health (29-32)
10.
Percakapan
hal yang sedang terjadi (33-36)
11.
Paragraph
rumpang tentang binatang (36-37)
12.
Describing
thing (39-42)
13.
Paragraph
rumpang deskripsi benda (43-46)
14.
Jumbled
words (47-48)
15.
Jumbled
sentences (49-50)
ESSAY
1.
Describing
person (1-2)
2. Jumbled
words (3a dan 3b)
3. Jumbled
sentences/Describing person (4)
Greeting card (5)
Greeting card (5)
Kisi-Kisi lebih detail bisa di DOWNLOAD di sini!
Kisi-Kisi UAS Gasal 2015-2016 Bahasa Inggris Kelas 7
MULTIPLE
CHOICE
1.
Dialog tentang ungkapan
sapaan/pamitan, ucapan terimakasih, dan permintaan maaf (1-4)
2.
Dialog tentang permintaan maaf dan
ucapan terima kasih beserta respondnya (5-7)
3.
Teks pendek dan sederhana tentang pemaparan
jati diri/orang lain dan responnya (9)
4.
Teks ’Identity Card’ (10-11)
5.
Time and Day (12-13)
6. Dialog
tentang event-event khusus pada kalender kalender tertentu.(14-16)
7. Sebuah
jadwal pelajaran di Sekolah lengkap dengan hari, waktu dan jam (17-21)
8. Jumbled
words tentang tanggal, bulan, tahun tertentu. (22-24)
9. Teks pendek
dan sederhana tentang jati diri seseorang (25-29)
10. Paragraf
rumpang tentang deskripsi seseorang (30-33)
11. Teks pendek
dan sederhana tentang jati diri seseorang (34-38)
12. Teks pendek
dan sederhana tentang kebiasaan keluarga
tertentu (39-43)
13. Teks pendek
dan sederhana tentang bangunan publik tertentu / Supermarket (44-46)
14. Paragraf
rumpang berbentuk deskriptif tentang
hewan (47-50)
ESSAY
1. Teks pendek
dan sederhana tentang jati diri seseorang (1-2)
2. Gambar
seseorang, siswa mendeskripsikannya dengan beberapa kalimat petunjuk (3)
3. Jumbled
sentences about The writer’s mother (4)
4. Jumbled
words berbentuk kalimat deskripsi (5)
Kisi-kisi lebih rinci bisa di DOWNLOAD di sini.
Rabu, 11 November 2015
WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI
Rabu, November 11, 2015
No comments
Waduk Gajah Mungkur, Pengorbanan Orang Wonogiri untuk Indonesia
Besarnya manfaat Waduk Gajah Mungkur itu tentu tak lepas dari “pengorbanan” orang Wonogiri yang sebelumnya menghuni wilayah ini, karena waduk ini dibangun diatas areal tanah hunian, persawahan, dan perladangan penduduk seluas 90 Km2 yang mencakup 51 desa di 7 Kecamatan. Terdapat 12.525 Keluarga (68.750 jiwa) penduduk Wonogiri yang tinggal di areal ini, 10.350 Keluarga diantaranya secara sukarela meninggalkan “tanah kelahiran-nya” pindah melalui transmigrasi, dan sisanya sekitar 2.175 Keluarga pindah secara mandiri ke berbagai daerah, baik di wilayah Jawa Tengah maupun kota-kota lain di Indonesia. Pertanyaannya “mengapa mereka bersedia secara sukarela meninggalkan tanah kelahiran atau tanah tumpah darah atau tanah airnya?”.
Bisa dibayangkan betapa kompleksnya masalah yang dihadapi saat waduk ini dibangun selama lima tahun. Mulai dari proses “pembebasan tanah”, pembayaran ganti rugi, penyiapan tempat tinggal untuk membangun hidup baru di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu, serta proses perpindahan penduduk dengan berbagai kompleksitas masalahnya, baik yang berhubungan dengan masalah sosial, budaya, mobilisasi orang dan barang maupun aspek psikologis lainnya. Satu hal yang wajar jika dalam proses itu terdapat beberapa “gesekan kecil” dari mereka yang ihklas, setengah ihklas, dan bahkan menolak rencana besar itu.
Syukur Alhamdulillah, Bupati Wonogiri waktu itu (Harmoyo) adalah seorang pemimpin bijak yang mampu meyakinkan masyarakat yang dipimpinnya. Didukung oleh para Menteri terkait waktu itu, Menteri Transmigrasi Prof. Subroto, Menteri Pekerjaan Umum Prof. Purnomosidi Hajisarosa, dan diakhiri Menteri Muda Transmigrasi Martono melakukan “blusukan” untuk mengajak dialog dengan masyarakat Desa-desa genangan. Akhirnya melalui proses panjang, pendekatan manusiawi dilandasi falsafah “nguwongke”, proses panjang itu berhasil dilalui. Permukiman transmigrasi di wilayah Sitiung Provinsi Sumatera Barat yang (waktu itu) dipimpin Gubernur Prof. Harun Zein siap menampung para pahlawan pembangunan dari Wonogiri, sementara Menteri Transmigrasi bersama Menteri Perhubungan juga telah siap dengan berbagai sarana perpindahnnya.
Awal Desember 1976, rombongan pertama 100 Keluarga pahlawan pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri meninggalkan Transito di Giriwono menuju Stasiun Kereta Api Jebres Solo, selanjutnya menggunakan Kereta Api menuju Stasiun Tanjung Priok Jakarta untuk langsung naik Kapal menuju Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat. Inilah peristiwa terbesar dalam sejarah perpindahan penduduk melalui transmigrasi di Indonesia. Awal Desember ini Trip pertama gelombang awal terdiri dari 100 kepala keluarga (448 jiwa) bergerak dari Pelabuhan Teluk Bayur menelusuri jalan melingkari Danau Singkarak menuju Desa Sitiung (Sumatera Barat) sepanjng sekitar 217 Km. Penduduk setempat-pun berjejal menyambut ceria dengan berbagai tetabuhan, ada telepong, bahkan reog Ponorogo. Sampai bulan Maret 1977 sejumlah 2.000 kk (65 517 jiwa) warga daerah genangan Waduk Gajah Mungkur berhasil ditempatkan di 4 Desa baru wilayah Sitiung, Tiuamang dan Silalang kabupaten Sawahlunto Sijunjung.
Sambutan masyarakat “urang awak” waktu itu cukup ramah. Upacara adat Minang ‘sekapur sirih’ dilakukan oleh Zohar sebagai wakil Ninik-mamak, diterima oleh Prawiro Diyono, bayan dukuh Karanglo, yang dilanjutkan dengan sambutan ketua adat setempat, Datuk Mendaro Kuning. Hari itu, Rabu perjalanan dari jam 06.00 dan tiba di Sitiung jam 15.00 sore hari. Kawasan Sitiung seluas 108 kilometer persegi dan berpenduduk asli 3.471 jiwa itu, dikenal sebagai daerah subur. Di desa yang terletak 4 kilometer dari Trans Sumatra Highway itu sudah tersedia ladang yang akan dibagikan. Juga areal persawahan yang kini sebagian besar masih menunggu selesainya proyek irigasi dataran Batanghari. Dengan tambahan 100 kk itu, dipastikan Sitiung akan menjadi 2 desa. Dan sesuai dengan ketentuan semula, desa baru itu akan dipimpin oleh Kepala Desa baru, (waktu itu) Bapak Pardi Padmosumarto yang memang telah ditunjuk oleh Bupati Wonogiri. Pembukaan permukiman baru itu juga dilengkapi dengan beberapa prasarana seperti SD, SLTP, dan SLTA, Balai Pengobatan, dan lain-lain. Yang menarik, pada waktu itu juga dibangun pasar yang oleh masyarakat setempat diberi nama “Wonositi” sebuah nama yang menggabungkan nama Desa setempat Sitiung dengan asal transmigran Wonogiri. Akhir tahun 1976 itu, sebanyak 2.000 KK warga asal Kabupaten Wonogiri berhasil ditempatkan di hamparan Sitiung.
Namun memang tak ada perjalanan yang selalu mulus dan berbagai persoalan-pun seringkali menghadang. Ketika proses pembangunan Waduk kurang sinkron dengan proses pembangunan permukiman baru untuk menampung penduduk Wonogiri berbagai persoalan pelik memaksa para pejabat untuk secara cerdas mencarikan solusi. Waktu itu, secara teknis pembangunan waduk mengharuskan seluruh areal dikosongkan karena arealnya harus segera digenangi. Namun, karena berbagai masalah lapangan, pembangunan permukiman transmigrasi belum semuanya siap. Daya tampung kawasan Sitiung ternyata tidak mampu menampung seluruh penduduk daerah genangan waduk, sehingga Depnakertranskop dibawah komando Prof. Subroto harus berjuang keras mencari tempat lain. Tempat itu diperoleh, ada di kawasan Jujuhan Provinsi Jambi bersebarangan dengan Sitiung, ada di kawasan Baturaja Provinsi Sumatera Selatan, dan ada pula di kawasan Kuro Tidur Provinsi Bengkulu. Namun ternyata penyebaran penempatan orang yang merasa menjadi “korban Waduk” itu “ditolak” oleh sebagian warga. Tentu hal demikian cukup merepotkan.
Source: http://jitunews.com/read/25085/waduk-gajah-mungkur-pengorbanan-orang-wonogiri-untuk-indonesia#ixzz3r9SXn8Yb
Besarnya manfaat Waduk Gajah Mungkur itu tentu tak lepas dari “pengorbanan” orang Wonogiri yang sebelumnya menghuni wilayah ini, karena waduk ini dibangun diatas areal tanah hunian, persawahan, dan perladangan penduduk seluas 90 Km2 yang mencakup 51 desa di 7 Kecamatan. Terdapat 12.525 Keluarga (68.750 jiwa) penduduk Wonogiri yang tinggal di areal ini, 10.350 Keluarga diantaranya secara sukarela meninggalkan “tanah kelahiran-nya” pindah melalui transmigrasi, dan sisanya sekitar 2.175 Keluarga pindah secara mandiri ke berbagai daerah, baik di wilayah Jawa Tengah maupun kota-kota lain di Indonesia. Pertanyaannya “mengapa mereka bersedia secara sukarela meninggalkan tanah kelahiran atau tanah tumpah darah atau tanah airnya?”.
Bisa dibayangkan betapa kompleksnya masalah yang dihadapi saat waduk ini dibangun selama lima tahun. Mulai dari proses “pembebasan tanah”, pembayaran ganti rugi, penyiapan tempat tinggal untuk membangun hidup baru di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu, serta proses perpindahan penduduk dengan berbagai kompleksitas masalahnya, baik yang berhubungan dengan masalah sosial, budaya, mobilisasi orang dan barang maupun aspek psikologis lainnya. Satu hal yang wajar jika dalam proses itu terdapat beberapa “gesekan kecil” dari mereka yang ihklas, setengah ihklas, dan bahkan menolak rencana besar itu.
Syukur Alhamdulillah, Bupati Wonogiri waktu itu (Harmoyo) adalah seorang pemimpin bijak yang mampu meyakinkan masyarakat yang dipimpinnya. Didukung oleh para Menteri terkait waktu itu, Menteri Transmigrasi Prof. Subroto, Menteri Pekerjaan Umum Prof. Purnomosidi Hajisarosa, dan diakhiri Menteri Muda Transmigrasi Martono melakukan “blusukan” untuk mengajak dialog dengan masyarakat Desa-desa genangan. Akhirnya melalui proses panjang, pendekatan manusiawi dilandasi falsafah “nguwongke”, proses panjang itu berhasil dilalui. Permukiman transmigrasi di wilayah Sitiung Provinsi Sumatera Barat yang (waktu itu) dipimpin Gubernur Prof. Harun Zein siap menampung para pahlawan pembangunan dari Wonogiri, sementara Menteri Transmigrasi bersama Menteri Perhubungan juga telah siap dengan berbagai sarana perpindahnnya.
Awal Desember 1976, rombongan pertama 100 Keluarga pahlawan pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri meninggalkan Transito di Giriwono menuju Stasiun Kereta Api Jebres Solo, selanjutnya menggunakan Kereta Api menuju Stasiun Tanjung Priok Jakarta untuk langsung naik Kapal menuju Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat. Inilah peristiwa terbesar dalam sejarah perpindahan penduduk melalui transmigrasi di Indonesia. Awal Desember ini Trip pertama gelombang awal terdiri dari 100 kepala keluarga (448 jiwa) bergerak dari Pelabuhan Teluk Bayur menelusuri jalan melingkari Danau Singkarak menuju Desa Sitiung (Sumatera Barat) sepanjng sekitar 217 Km. Penduduk setempat-pun berjejal menyambut ceria dengan berbagai tetabuhan, ada telepong, bahkan reog Ponorogo. Sampai bulan Maret 1977 sejumlah 2.000 kk (65 517 jiwa) warga daerah genangan Waduk Gajah Mungkur berhasil ditempatkan di 4 Desa baru wilayah Sitiung, Tiuamang dan Silalang kabupaten Sawahlunto Sijunjung.
Sambutan masyarakat “urang awak” waktu itu cukup ramah. Upacara adat Minang ‘sekapur sirih’ dilakukan oleh Zohar sebagai wakil Ninik-mamak, diterima oleh Prawiro Diyono, bayan dukuh Karanglo, yang dilanjutkan dengan sambutan ketua adat setempat, Datuk Mendaro Kuning. Hari itu, Rabu perjalanan dari jam 06.00 dan tiba di Sitiung jam 15.00 sore hari. Kawasan Sitiung seluas 108 kilometer persegi dan berpenduduk asli 3.471 jiwa itu, dikenal sebagai daerah subur. Di desa yang terletak 4 kilometer dari Trans Sumatra Highway itu sudah tersedia ladang yang akan dibagikan. Juga areal persawahan yang kini sebagian besar masih menunggu selesainya proyek irigasi dataran Batanghari. Dengan tambahan 100 kk itu, dipastikan Sitiung akan menjadi 2 desa. Dan sesuai dengan ketentuan semula, desa baru itu akan dipimpin oleh Kepala Desa baru, (waktu itu) Bapak Pardi Padmosumarto yang memang telah ditunjuk oleh Bupati Wonogiri. Pembukaan permukiman baru itu juga dilengkapi dengan beberapa prasarana seperti SD, SLTP, dan SLTA, Balai Pengobatan, dan lain-lain. Yang menarik, pada waktu itu juga dibangun pasar yang oleh masyarakat setempat diberi nama “Wonositi” sebuah nama yang menggabungkan nama Desa setempat Sitiung dengan asal transmigran Wonogiri. Akhir tahun 1976 itu, sebanyak 2.000 KK warga asal Kabupaten Wonogiri berhasil ditempatkan di hamparan Sitiung.
Namun memang tak ada perjalanan yang selalu mulus dan berbagai persoalan-pun seringkali menghadang. Ketika proses pembangunan Waduk kurang sinkron dengan proses pembangunan permukiman baru untuk menampung penduduk Wonogiri berbagai persoalan pelik memaksa para pejabat untuk secara cerdas mencarikan solusi. Waktu itu, secara teknis pembangunan waduk mengharuskan seluruh areal dikosongkan karena arealnya harus segera digenangi. Namun, karena berbagai masalah lapangan, pembangunan permukiman transmigrasi belum semuanya siap. Daya tampung kawasan Sitiung ternyata tidak mampu menampung seluruh penduduk daerah genangan waduk, sehingga Depnakertranskop dibawah komando Prof. Subroto harus berjuang keras mencari tempat lain. Tempat itu diperoleh, ada di kawasan Jujuhan Provinsi Jambi bersebarangan dengan Sitiung, ada di kawasan Baturaja Provinsi Sumatera Selatan, dan ada pula di kawasan Kuro Tidur Provinsi Bengkulu. Namun ternyata penyebaran penempatan orang yang merasa menjadi “korban Waduk” itu “ditolak” oleh sebagian warga. Tentu hal demikian cukup merepotkan.
Tahun 1980, sebanyak 1.850 KK menolak dan mereka enggan meninggalkan tanah kelahirannya. Bahkan jika Pemerintah memaksa, merekapun menyatakan siap “tenggelam bersama” karena menganggap Pemerintah “ingkar janji”. Sitiung yang waktu itu menjadi lokasi “idola” bagi “korban waduk” ternyata tidak mampu menampung semua.
Berbagai cara dilakukan untuk mengharap “keihklasan” warga “korban Waduk Gajah Mungkur” Wonogiri ini. Berbagai strategi komunikasi dilakukan, dan berkat “kenegarawanan” mereka, 1.850 KK tersebut bersedia berangkat menuju kawasan Kuro Tidur di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Itulah kenegarawanan orang Wonogiri, walaupun dengan berat hati, mereka menyadari bahwa waduk adalah kepentingan bangsa yang lebih besar. Akhirnya pada tanggal 17 November 1981, Waduk Serbaguna Gajah Mungkur-pun diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Kini, setelah rata-rata sekitar 34 tahun, perjuangan 10.350 KK warga Wonogiri “korban Waduk Gajah Mungkur” di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu-pun berhasil meraih sukses. Mereka merajut masa depan bersama keluarga dan handai taulannya dengan berbagai bidang usaha. Ada yang sukses dengan Budidaya pertanian, perkebunan, dan berbagai bidang usaha, merintis karier di pemerintahan, dan bahkan melalui jalur Politik. Saat ini tidak sedikit transmigran warga genangan waduk Gajah Mungkur yang menjadi pejabat public dan juga anggota parlemen, baik DPRD Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Pengorbanan mereka meninggalkan tanah kelahirannya berbuah sukses, dan itulah bukti bahwa jiwa kenegarawanan berhasil memberikan manfaat bagi sesame dan juga dirinya.
Demikian pula Waduk Gajah Mungkur, kini menjadi idola Kabupaten Wonogiri, persawahan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, dan sekitarnya tertata apik, dan pasokan listrik-pun mendorong pertumbuhan kawasan Jawa Tengah Tenggara ini. Itu semua berkat “kebesaran jiwa dan kenegarawanan” puluhan ribu warganya. Kini, mereka yang dulu merasa menjadi “korban” telah memetik buah keberhasilan, tidak hanya diri dan keluarganya, tetapi juga masyarakat yang ia tinggalkan, Wonogiri dan sekitarnya.
Itulah Pahlawan, walau tidak harus berperang. Itulah pahlawan, walaupun tidak harus mati. Siapapun yang berjuang dengan ihklas untuk negeri dan keluarganya, termasuk orang tua kita, mereka adalah PAHLAWAN.
Selamat HARI PAHLAWAN, MERDEKA…..
Berbagai cara dilakukan untuk mengharap “keihklasan” warga “korban Waduk Gajah Mungkur” Wonogiri ini. Berbagai strategi komunikasi dilakukan, dan berkat “kenegarawanan” mereka, 1.850 KK tersebut bersedia berangkat menuju kawasan Kuro Tidur di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Itulah kenegarawanan orang Wonogiri, walaupun dengan berat hati, mereka menyadari bahwa waduk adalah kepentingan bangsa yang lebih besar. Akhirnya pada tanggal 17 November 1981, Waduk Serbaguna Gajah Mungkur-pun diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Kini, setelah rata-rata sekitar 34 tahun, perjuangan 10.350 KK warga Wonogiri “korban Waduk Gajah Mungkur” di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu-pun berhasil meraih sukses. Mereka merajut masa depan bersama keluarga dan handai taulannya dengan berbagai bidang usaha. Ada yang sukses dengan Budidaya pertanian, perkebunan, dan berbagai bidang usaha, merintis karier di pemerintahan, dan bahkan melalui jalur Politik. Saat ini tidak sedikit transmigran warga genangan waduk Gajah Mungkur yang menjadi pejabat public dan juga anggota parlemen, baik DPRD Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Pengorbanan mereka meninggalkan tanah kelahirannya berbuah sukses, dan itulah bukti bahwa jiwa kenegarawanan berhasil memberikan manfaat bagi sesame dan juga dirinya.
Demikian pula Waduk Gajah Mungkur, kini menjadi idola Kabupaten Wonogiri, persawahan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, dan sekitarnya tertata apik, dan pasokan listrik-pun mendorong pertumbuhan kawasan Jawa Tengah Tenggara ini. Itu semua berkat “kebesaran jiwa dan kenegarawanan” puluhan ribu warganya. Kini, mereka yang dulu merasa menjadi “korban” telah memetik buah keberhasilan, tidak hanya diri dan keluarganya, tetapi juga masyarakat yang ia tinggalkan, Wonogiri dan sekitarnya.
Itulah Pahlawan, walau tidak harus berperang. Itulah pahlawan, walaupun tidak harus mati. Siapapun yang berjuang dengan ihklas untuk negeri dan keluarganya, termasuk orang tua kita, mereka adalah PAHLAWAN.
Selamat HARI PAHLAWAN, MERDEKA…..
Jakarta, 10 November 2015
Mirwanto Manuwiyoto
Mantan pegawai penyuluh dan pengawal transmigran asal Wonogiri, terakhir sebagai Sekretaris Ditjen Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Kemenakertrans, pensiun tahun 2010.
Mantan pegawai penyuluh dan pengawal transmigran asal Wonogiri, terakhir sebagai Sekretaris Ditjen Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Kemenakertrans, pensiun tahun 2010.
Source: http://jitunews.com/read/25085/waduk-gajah-mungkur-pengorbanan-orang-wonogiri-untuk-indonesia#ixzz3r9SXn8Yb
Rabu, 21 Oktober 2015
INFORMASI SEKOLAH IKATAN DINAS DI INDONESIA.
Rabu, Oktober 21, 2015
No comments
Berikut ini Daftar Perguruan Tinggi Ikatan Dinas dan Beasiswa Penuh di Indonesia.
1. Akademi Ilmu Pemasyarakatan Jakarta, Jalan Raya Gandul Cinere, Jakarta selatan, website www.depkumham.go.id
2. Akademi Kimia Analis Jawa Barat, Jalan Ir H Juanda 7, Bogor, website www.aka.ac.id
3. Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta, Jalan Timbul 34, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, website www.app-jakarta.ac.id
4. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi (Sekolah Tinggi Enerji dan Mineral) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id
5. AKIP – Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran online di www.depkumham.go.id atau www.ecpns.kemenkumham.go.id Lokasi kuliah di Depok.
6. Akmil - Akademi Militer RI. Untuk pendaftaran bisa search di www.akmil.go.id
7. Akpol - Akademi Kepolisian RI. Untuk pendaftaran bisa search di www.penerimaanp olri.go.id
8. Badan Meteorologi Nasional (BMG), Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG), Jalan Perhubungan I No 5, Komplek Metro, Pondok Betung, Bintaro, Tangerang, website www.amg.ac.id
9. Badan Pusat Statistik (BPS), Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), Jalan Otto Iskandardinata No 64C, Jakarta Timur, website www.stis.ac.id
10. Sekolah Tinggi AKuntansi Negara (STAN), Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Tangerang, website www.stan.ac.id
11. MMTC – Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) Pendaftaran online di www.mmtc.ac.id Lokasi kuliah di Yogyakarta
12. Politeknik Kesehatan DEPKES Surabaya, Jalan Pucang Jajar Tengah 56, Surabaya, website www.poltekkesdepkes-sby.ac.id
13. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Jalan Cimandiri 34-38, Bandung, website www.lan.go.id
14. Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta, Jalan Letjen Suprapto 26, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, website www.stmi.ac.id.
15. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Jalan Dr Setiabudi 186, Bandung, website www.stp- bandung.ac.id
16. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug Banten, Jalan Raya PLP Curug, Tangerang, website www.stpicurug.ac.id
17. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jalan AUP, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, website www.stp.dkp.go.id.
18. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, Jalan Tata Bumi 5, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, website www.stpn.ac.id
19. Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN), Jalan Raya Haji Usa, Desa Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, website www.stsn-nci.ac.id
20. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Jawa Barat, Jalan Jakarta No 31, Bandung, website www.stttekstil.ac.id
21. Sekolah Tinggi Transportasi Darat Jawa Barat, jalan Raya Setu Km 3,5 Cibuntu, Cibitung, Bekasi, Jawa barat, website www.sttd.wetpaint.com.
22. Sekolah Tingi Kesejahtraan Sosial Jawa Barat, Jalan H Juanda 367, Bandung, website www.stks.ac.id
23. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online di www.stis.ac.id . Lokasi kuliah Jakarta
24. STPDN/IPDN – Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI. Untuk pendaftaran bisa search di www.bkd.prov.go.id
25. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta
26. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara. Pendaftaran online di www.stsn-nci.ac.id Lokasi kuliah di Bogor.
1. Akademi Ilmu Pemasyarakatan Jakarta, Jalan Raya Gandul Cinere, Jakarta selatan, website www.depkumham.go.id
2. Akademi Kimia Analis Jawa Barat, Jalan Ir H Juanda 7, Bogor, website www.aka.ac.id
3. Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta, Jalan Timbul 34, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, website www.app-jakarta.ac.id
4. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi (Sekolah Tinggi Enerji dan Mineral) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id
5. AKIP – Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran online di www.depkumham.go.id atau www.ecpns.kemenkumham.go.id Lokasi kuliah di Depok.
6. Akmil - Akademi Militer RI. Untuk pendaftaran bisa search di www.akmil.go.id
7. Akpol - Akademi Kepolisian RI. Untuk pendaftaran bisa search di www.penerimaanp olri.go.id
8. Badan Meteorologi Nasional (BMG), Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG), Jalan Perhubungan I No 5, Komplek Metro, Pondok Betung, Bintaro, Tangerang, website www.amg.ac.id
9. Badan Pusat Statistik (BPS), Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), Jalan Otto Iskandardinata No 64C, Jakarta Timur, website www.stis.ac.id
10. Sekolah Tinggi AKuntansi Negara (STAN), Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya, Tangerang, website www.stan.ac.id
11. MMTC – Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) Pendaftaran online di www.mmtc.ac.id Lokasi kuliah di Yogyakarta
12. Politeknik Kesehatan DEPKES Surabaya, Jalan Pucang Jajar Tengah 56, Surabaya, website www.poltekkesdepkes-sby.ac.id
13. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Jalan Cimandiri 34-38, Bandung, website www.lan.go.id
14. Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta, Jalan Letjen Suprapto 26, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, website www.stmi.ac.id.
15. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Jalan Dr Setiabudi 186, Bandung, website www.stp- bandung.ac.id
16. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug Banten, Jalan Raya PLP Curug, Tangerang, website www.stpicurug.ac.id
17. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jalan AUP, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, website www.stp.dkp.go.id.
18. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, Jalan Tata Bumi 5, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, website www.stpn.ac.id
19. Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN), Jalan Raya Haji Usa, Desa Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, website www.stsn-nci.ac.id
20. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Jawa Barat, Jalan Jakarta No 31, Bandung, website www.stttekstil.ac.id
21. Sekolah Tinggi Transportasi Darat Jawa Barat, jalan Raya Setu Km 3,5 Cibuntu, Cibitung, Bekasi, Jawa barat, website www.sttd.wetpaint.com.
22. Sekolah Tingi Kesejahtraan Sosial Jawa Barat, Jalan H Juanda 367, Bandung, website www.stks.ac.id
23. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online di www.stis.ac.id . Lokasi kuliah Jakarta
24. STPDN/IPDN – Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI. Untuk pendaftaran bisa search di www.bkd.prov.go.id
25. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta
26. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara. Pendaftaran online di www.stsn-nci.ac.id Lokasi kuliah di Bogor.
Senin, 28 September 2015
KISI-KISI MID SEMESTER GASAL BAHASA INGGRIS KELAS VIII K-13
1. Ungkapan
meminta perhatian, mengecek pemahaman, menghargai kinerja baik dan meminta
dan mengungkapkan pendapat.
2. Menyatakan
dan menanyakan tentang kemampuan dan kemauan melakukan suatu tindakan.
3. Ungkapan
memberi instruksi, mengajak, melarang minta izin serta responsya
4. Teks
deskriptif.
LEBIH LENGKAPNYA DOWNLOAD LINK INI
KISI-KISI MID SEMESTER GASAL BAHASA INGGRIS KELAS VII K-13
- Greeting, leave-taking, thanking, and apologizing
- Introduction
- Days, dates, months, years, and time
- Personal information
LEBIH LENGKAPNYA DOWNLOAD DISINI
Sabtu, 22 Agustus 2015
Menekan Laju Urbanisasi
Setelah terjadi mudik lebaran,
kini segera muncul persoalan arus urbanisasi. Arus urbanisasi merupakan
gelombang pasang bagi kota. Setelah sekian hari mengalami gelombang surut
karena pengaruh mudik lebaran, pasca-lebaran, kota mulai dibanjiri puluhan
ribu, bahkan ratusan ribu penduduknya yang telah pulang kampung. Arus
urbanisasi kembali menggeliat. Kota yang asalnya sunyi dan sepi karena
ditinggalkan sebagian besar penghuninya, kini mulai kembali ramai dan padat.
Tentu, arus urbanisasi ada
parodi pada diri konsepsi pembangunan bangsa ini. Bahwa desa juga perlu
disentuh pembangunan, atau pembangunan tidak terkonsentrasi pada bagian wilayah
Indonesia
tertentu, menjadi pekikan yang secara tak langsung untuk menandakan mengerem
laju arus urbanisasi. Dan “suara-suara” itu
mengesankan terus menerus serius. Sekaligus, ada kerinduan penanganan
arus urbanisasi yang efektif. Bahkan lebih dari sekadar itu. Kita tak bisa lagi
melulu dengan sikap pola pikir begitu mentereng tapi sekaligus mencemooh, yang
cuma mengambil jarak dari keyakinan-keyakinan membiarkan laju pertumbuhan
urbanisasi non-efektif. Sebab, bagaimanapun, kaum urban adalah “jiwa” yang
bergemuruh oleh derap pembangunan peradaban kita. Adapun kaum urban disangka
datang dari luar “kota
kita”, padahal mereka datang dari diri pembangunan juga.
Sudah menjadi
pengetahuan umum bahwa ketimpangan pembangunan desa-kota memantik keinginan
warga desa pindah ke kota. Perbedaan upah antara desa dan kota dinilai sebagai faktor
penting yang memengaruhi arus urbanisasi. Lapangan pekerjaan di pedesaan
semakin berkurang, seiring dengan menyempitnya areal pertanian karena tekanan
industrialisasi maupun tekanan demografis. Bagi kaum urban, bekerja di sektor
industri di kota lebih pasti pendapatannya ketimbang terus bertahan di desa dan
bergelut di sektor pertanian. Sektor pertanian di pedesaan tidak lagi merupakan
usaha ekonomi yang menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesempatan
kerja juga relatif masih lebih banyak tersedia di perkotaan karena pembangunan
tidak merata. Itu yang membuat urbanisasi tak terkendali.
Mudrajat (1997) dalam
bukunya Ekonomi Pembangunan, Teori,
Masalah, dan Kebijakan mengungkapkan, pertumbuhan kota yang lebih cepat
akan mengakibatkan terjadinya urbanisasi yang bersifat prematur. Dengan
demikian, urbanisasi desa-kota terjadi sebelum industri kota mampu berdiri
sendiri. Kaum urban akan tertarik dengan mengadu nasib ke perkotaan meskipun
hanya bekerja di sektor informal. Padahal, selama sektor informal cenderung
belum memperoleh perhatian dan perlindungan yang memadai dari pemerintah.
Akibatnya, sangat riskan menimbulkan efek permasalahan yang merugikan kaum
urban sendiri.
Berdasarkan proyeksi
Badan Pusat Statistik (BPS) urbanisasi akan mencapai 68 persen pada 2025.
Daerah yang diprediksi akan mengalami tingkat urbanisasi paling besar adalah,
provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Bahkan tingkat urbanisasi saat ini di empat
provinsi di Jawa sudah di atas 80 persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, dan Banten. Dari tahun ke tahun, instrumen rutin yang kerap
digunakan birokrasi kota-kota besar guna menangkal kaum urban hanya operasi
yustisi atau razia. Seperti Jakarta ada Peraturan Daerah No 1/1996 tentang
Kependudukan. Perda ini memberi syarat berat bagi penduduk yang ingin masuk
Jakarta, antara lain, memiliki tempat tinggal dan pekerjaan di Jakarta.
Kegiatan rutin itu selain dinilai tak efektif, juga kerap mengundang reaksi
sinis berbagai kalangan.
Laju urbanisasi bisa
menjadi momok menakutkan bagi pembangunan bangsa. Pemerintah harus segera
membuat kebijakan cerdas dan keberpihakan konsisten pada pemerataan pembangunan
dan pemberdayaan perekonomian desa. Saatnya pemerintah lebih serius untuk
mengatasi problem krusial urbanisasi dengan kebijakan pemberdayaan ekonomi
kerakyatan yang merata dan berkeadilan. Selanjutnya perlu menciptakan lapangan
kerja baru di daerah, sehingga urbanisasi dapat lebih terkendali.
Program transmigrasi patut
dipertimbangkan sebagai strategi menekan laju urbanisasi serta mengimbangi
pertambahan jumlah penduduk. Pelaksanaan program transmigrasi ini diharapkan
mampu menerobos isolasi di berbagai daerah, mengubah lahan terlantar menjadi
sumber pendapatan, mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah serta memberikan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi jutaan rakyat di seluruh negeri
sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum urban.
Upaya lain menekan laju
urbanisasi adalah optimalisasi pembangunan sektor pertanian di desa. Masih banyak
tanah kosong (lahan tidur) di desa yang belum sepenuhnya termanfaatkan untuk
pertanian. Sektor perdesaan dan pertanian merupakan pengguna investasi terbatas
yang lebih responsif dibanding perkotaan (Lipton and Vyas, 1981). Dengan
mengoptimalkan sektor pertanian, ada harapan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa. Di sinilah dibutuhkan political
will dan keseriusan dari pemerintah untuk lebih memperhatikan pembangunan
pertanian dan sektor-sektor industri berbasis pedesaan.
Upaya pembangunan desa
perlu dukungan dari pemerintah dan pengusaha dengan memberikan insentif pada
mereka untuk membangun daerah. Dana desa harus dioptimalkan bagi pengembangan
potensi kemajuan dan pembangunan kesejahteraan warga. Hal ini perlu diiringi
dengan peningkatan sumber daya manusia pedesaan sehingga mampu berkompetisi
dalam segala bidang, bukan hanya bekerja di sektor informal saja. Pada sisi
lain, kaum urban (khususnya pemuda desa) harus memiliki keyakinan bahwa ia bisa
suskes dan membangun kampung halamannya sendiri tanpa harus migrasi ke kota. Kembangkan
segala sumber daya dan potensi lokal yang ada untuk menciptakan pembangunan
yang mensejahterakan penduduk desa.
Selain itu, pemerintah
daerah perlu meningkatkan infrastruktur dan akses layanan publik di pedesaan
sehingga penduduk desa tak perlu ke kota dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Tak kalah pentingnya adalah revitalisasi program keluarga berencana (KB) untuk
menekan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi yang menjadi faktor laju
urbanisasi. Pertambahan penduduk usia produktif di perkotaan menjadi ancaman
tersendiri. Ketika yang datang adalah anak-anak muda usia subur, tanpa
pekerjaan dan akhirnya menikah tentu dapat melahirkan generasi miskin baru di
perkotaan. Jika semua hal itu konsisten dikerjakan pemerintah daerah dan pusat,
problem urbanisasi pasca lebaran, mungkin tak lagi menjadi momok menakutkan.
Oleh Sutrisno
Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Dimuat di Harian
Republika Selasa 28 Juli 2015
Senin, 03 Agustus 2015
BEDO RUPO BEDO ROSO
Rejeki iku ora iso di tiru
Senajan podo lakumu
Senajan podo dodolanmu
Senajan podo kerjomu
Hasil sing ditompo bakal bedo
Iso bedo ning akehe bondho
Iso ugo ono ning roso lan ayeme ati
Yo iku sing jenenge bagiyo mulyo
Kabeh iku soko trisnane Gusti kang Maha Kuwasa
Sopo temen bakal tinemu
Sopo wani rekoso bakal gayuh mulyo
Dudu akehe nanging berkahe kang ndadekake cukup lan nyungkupi.
:)
Senajan podo lakumu
Senajan podo dodolanmu
Senajan podo kerjomu
Hasil sing ditompo bakal bedo
Iso bedo ning akehe bondho
Iso ugo ono ning roso lan ayeme ati
Yo iku sing jenenge bagiyo mulyo
Kabeh iku soko trisnane Gusti kang Maha Kuwasa
Sopo temen bakal tinemu
Sopo wani rekoso bakal gayuh mulyo
Dudu akehe nanging berkahe kang ndadekake cukup lan nyungkupi.
:)
Rabu, 29 Juli 2015
SEJATINING SEPUH
Dados sepuh punika prekawis ingkang sok boten gampil. Tuwa ateges ngenteni metune nyawa, malah wonten ingkang sampun pikun lan kathah kesupenipun. Pramila, sanadyan sampun sepuh/ adiyuswa, Kedah ngudi supados boten ngantos kekirangan pangertosan.
Tiyang sepuh ingkang kirang pangertosan, saget dhawah ing kawontenan ekstrim kalih, inggih punika: Ingkang sepisan Rumaos "wis tuwa gerang (segere arang2), wis loyo, lara2nen, wis ora bisa apa2, wis ora nduwe apa2 lan wis dudu apa2 maneh".
Tiyang sepuh ingkang mekaten rumaos sepi, sepa, lir sepah samun. Sepi tegesipun rumaos tanpa kanca tanpa kanthi, rumaos namung gesang piyambakan Sepa tegesipun gesang boten ngraosaken sakeca, dahar ngunjuk boten kraos eca, lenggah, tindak, sare, inggih boten kraos sakeca.
Sepah, rumaos kados sampah tanpa ginanipun ing bebrayan. Samun, rumaos tanpa aji, kabucal saking bebrayan. Tiyang makaten punika lajeng nuwuhaken semplah ing manah. Minggahipun frustrasi wusana lajeng depresi.Tiyang makaten punika sagetipun namung sambat, boten saget ngaturaken syukur dhateng kanugrahaning Gusti.
Ingkang kaping kalih, Tiyang sepuh ingkang ing pakempalan tumindakipun gonyak ganyuk ngisin-isini. Gonyak ganyuk tegesipun pangandika lan tumindakipun boten trep kaliyan kasepuhanipun. Amargi rumaos "bisa" lajeng kekathahen pangandika, mituruti pamanggihipun pribadi. Boten purun dipun anggep klentu amargi mbujeng pangalembana.Tiyang sepuh ngaten punika winastan gerah post power syndrome, amargi kecalan panguwaos.
KADOSPUNDI DADOS TIYANG SEPUH INGKANG SAESTU?
Gambaran sejatining sepuh inggih punika: Waspada ing semu, tegesipun mangertosi kersanipun tiyang sanes nadyan boten kawedaraken. Sinamun sinamudana, tegesipun sinaosa pinter nanging kasimpen ing salebeting manah. Kapinteran lan kaprigelanipun boten dipun umukaken.
Dene menawi dipun suwuni wawasan, anggenipun paring dhawuh kanthi cara ingkang ngremenaken, boten ngremehaken.
KADOSPUNDI CARANIPUN DADOS SEJATINING SEPUH?
- Kedah kawiwitan kanthi mulat sarira (mawas dhiri) mangertosi kekiranganipun diri.
- Amargi taksih kaparingan gesang dening Gusti, ateges taksih kedah makarya. Wujuding pakaryan saget punapa kemawon, langkung prayogi bilih nindakaken hobby sae. Kadosta: ulah tetanen, nganggit lagu, geguritan, paguyuban karawitan, masak,dugeni yen onten REUNI,jagong yen konco duwe gawe lsp.
- Kangge nyengkuyung mindhaking pangertosan, sae menawi tansah sinau. Sinau punika saget kanthi maos buku2, ugi srawung! kalian kanca. Sinau punika maedahi kangge nyegah tiyang dados pikun, awit nalar tansah dipun asah. Semangat sinau ugi dados tulada tumrap putra wayah. Sing tuwa wae ora kendhat sinau, sing enom kudune luwih tumemen anggone sinau.
Wasana Lepet kupat opore santen, menawi lepat nyuwun gunging pangapunten.
Waosan: SERAT WEDHATAMA anggitanipun KGPAA Mangkunegara IV.
Sabtu, 30 Mei 2015
KISI-KISI UNTUK KELAS PPBI (K-13)
Sabtu, Mei 30, 2015
No comments
KISI-KISI
TEST SEMESTER III
TAHUM
PELAJARAN 2014/2015
MAPEL BAHASA INGGRIS
KELAS PPBI
(K-13)
MULTIPLE
CHOICE
- Sign / Speed limit (1-3)
- Announcement / The lost boy (4-6)
- Greeting card / Success (7-9)
- Recount text / Comparative study in Bali (10-13)
- Recount text – Cloze test / The earthquake (14-18)
- Procedure text / Food (19-20)
- Procedure text / Helloween costume (22-24)
- Announcement / Dance competition (25-28)
- Short message / Dinner (29-32)
- 10. Advertisement / Discount (33-38)
- Agreement / Dialogue (39-41)
- Procedure text / Cakes (42-43)
- Question taq / Dialogue (44-45)
- Passive voice / Jumbled words (46)
- Past Continuous Tense / Jumbled words (47)
- Simple Past Tense / Jumbled words (48)
- Recount text / Jumbled sentences (49)
- Procedure text / Jumbled sentences (50)
ESSAY
- Recount text (1-2)
- Passive voice (3a-3b)
- Question taq (4a-4b)
- Making a procedure text / Food and drink (5)
Rabu, 27 Mei 2015
KISI-KISI UKK 2014/2015 MAPEL BAHASA INGGRIS KELAS VII (K-13)
KISI-KISI
UKK 2014/2015
MAPEL BAHASA INGGRIS
KELAS
VII (K-13)
MULTIPLE
CHOICE
- Dialogue / Introduction (1)
- Dialogue / Time (2)
- Dialogue / Apologizing (3)
- Dialogue / Daily activities (4)
- Dialogue / Date (5)
- Introduction / Family members (6)
- Sign / Maximum speed (7-8)
- Notice / Using a handphone (9-10)
- Short message / Cancelling a plan (11-13)
- Dialogue / Room (3-6)
- Dialogue / Animal (15)
- Dialogue / Fruit (16)
- Descriptive / Pets (17-19)
- Descriptive / Hobby (20-24)
- Simple Present Tense / Daily life (25-26)
- Instruction / Shutting the door (27-28)
- Short Message / Scouting (29-32)
- Descriptive / Famous artist (33-37)
- Descriptive/ Things around us (38-42)
- Jumbled words /Daily activities (43)
- Jumbled words / Introduction (44)
- Descriptive / My pets (45-47)
- Cloze test / Family members (48-50)
ESSAY
- Descriptive text / My House (1-2)
- Jumbled words / Simple Present Tense (3a-3b)
- Making an instruction (4)
- Making a short paragraph of descriptive text / Animal (5)
Langganan:
Postingan (Atom)