Surakarta juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang
terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa
(2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah
utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan
barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Sisi timur kota ini dilewati
sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama
dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada
tahun 1755.
Nama
"Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga
dusun yang diajukan kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah
perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama "Surakarta", yang
sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan
didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura.
Sejarah
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan
raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Sunan Pakubuwana II
membeli tanah tersebut dari Kyai Sala sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda). Secara
resmi, keraton Surakarta Hadiningrat mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745
dan meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah Istimewa Yogyakarta modern. Kemudian
sebagai akibat dari Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian
Salatiga (17 Maret 1757) terjadi perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri
dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dan di Kesultanan
Yogyakarta.
Pada masa sekarang, nama Surakarta
digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih
umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian"
dan karta berarti "sempurna"/"penuh". Dapat pula dikatakan
bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama
yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci
asal India, sala, yang bisa Couroupita guianensis atau Shorea robusta.
Ketika Indonesia masih menganut Ejaan
van Ophuysen, nama kota ini ditulis Soerakarta. Nama "Surakarta"
diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru ini.
Namun, sejumlah catatan lama menyebut bentuk antara "Salakarta".
Masa Kemerdekaan
Daerah Istimewa Surakarta
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini
dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal
sebagai Daerah Istimewa Surakarta.
Karesidenan
Surakarta
Selanjutnya, karena berkembang gerakan
antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan
pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan
DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status
Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat
dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian
Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi
Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km².
Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten
Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni
diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern.
Kota Surakarta
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan
pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi
Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak
hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota
otonom.
Geografi dan Administrasi
Hidrogeologi
Surakarta terletak di dataran rendah di
ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl, dengan luas 44,1 km2
(0,14 % luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur laut
Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu
dan Merapi (tinggi 3115m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806m) di
bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar
kota ini subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di
Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes. Mata air
bersumber dari lereng gunung Merapi, yang keseluruhannya berjumlah 19 lokasi,
dengan kapasitas 3.404 l/detik. Ketinggian rata-rata mata air adalah 800-1.200
m dpl. Pada tahun 1890 – 1827 hanya ada 12 sumur di Surakarta. Saat ini
pengambilan air bawah tanah berkisar sekitar 45 l/detik yang berlokasi di 23
titik. Pengambilan air tanah dilakukan oleh industri dan masyarakat, umumnya ilegal
dan tidak terkontrol.
Sampai dengan Maret 2006, PDAM Surakarta
memiliki kapasitas produksi sebesar 865,02 liter/detik. Air baku berasal dari
sumber mata air Cokrotulung, Klaten (387 liter/detik) yang terletak 27 km dari
kota Solo dengan elevasi 210,5 di atas permukaan laut dan yang berasal dari 26
buah sumur dalam, antara lain di Banjarsari, dengan total kapasitas 478,02
liter/detik. Selain itu total kapasitas resevoir adalah sebesar 9.140 m3.Dengan
kapasitas yang ada, PDAM Surakarta mampu melayani 55,22% masyarakat Surakarta
termasuk kawasan hinterland dengan pemakaian rata-rata 22,42 m3/bulan.
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan
komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik Merapi dan
Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah,
menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan,
sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu. Namun, sejak 20 tahun
terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak
terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan
penduduk.
Iklim dan Topografi
Menurut klasifikasi iklim Koppen,
Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama seperti kota-kota lain di
Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim
kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah
2.200 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan
Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata
30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan
terenda adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS
dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat.
Batas-batas
administrasi
Kota Surakarta terletak di antara 110
45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56"
Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Di
masing-masing batas kota terdapat gapura keraton yang didirikan sekitar tahun
1931 – 1932 pada masa pemerintahan Pakubuwono X di Kasunanan Surakarta. Gapura
Kraton didirikan sebagai pembatas sekaligus pintu gerbang masuk ibu kota
Kerajaan Kasunanan (Kota Solo) dengan wilayah sekitar. Gapura Kraton tidak
hanya didirikan di jalan penghubung, namun juga didirikan di pinggir sungai
Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi dermaga dan tempat penyeberangan (di
Mojo / Silir).
Ukuran Gapura Kraton terdiri dari dua
ukuran yaitu berukuran besar dan kecil. Gapura Kraton ukuran besar didirikan di
jalan besar. Gapura Kraton ukuran besar bisa dilihat di Grogol (selatan), Jajar
(barat), dan Jurug (timur). Sedangkan Gapura Kraton ukuran kecil bisa dilihat
di daerah RS Kandang Sapi (utara), jalan arah Baki di Solo Baru (selatan),
Makamhaji (barat), dan di Mojo / Silir. Gapura Kraton besar juga memiliki
prasasti pendiri dan waktu pendirian gapura.
Pembagian administrative
Kota Surakarta dan kabupaten-kabupaten
di sekelilingnya, Karanganyar, Sukowati, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali,
secara kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta.
Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang
camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang lurah. Kelima
kecamatan di Surakarta adalah:
Kecamatan Pasar Kliwon (57110): 9
kelurahan
Kecamatan Jebres (57120): 11 kelurahan
Kecamatan Banjarsari (57130): 13
kelurahan
Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan,
57140): 11 kelurahan
Kecamatan Serengan (57150): 7 kelurahan
Kota satelit
Surakarta dan kota-kota satelitnya
(Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang
saling berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan
luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota
penyangganya yang masing-masing luasnya kurang lebih setengah dari luas kota
Surakarta dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan kawasan kota besar
yang terpusat.
Solo Baru (Soba) merupakan kawasan yang
dimekarkan dari kota Solo. Solo baru selain sebagai salah satu kota satelit
dari Kota Surakarta juga merupakan kawasan pemukiman bagi para pekerja atau
pelaku kegiatan ekonomi di kawasan Kota Surakarta. Di Solo Baru banyak terdapat
perumahan sedang dan mewah, maka dari itu Solo Baru juga merupakan kawasan
pemukiman elit. Di Solo Baru juga terdapat pasar swalayan Carrefour. Pandawa
waterboom yang merupakan waterboom terbesar di Jawa Tengah dan Yogyakarta
terdapat di kawasan ini. Meskipun termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo
tetapi secara ekonomi dan politis Solo Baru lebih dekat ke Kota Surakarta,
karena letak wilayah kotanya yang langsung berbatasan dengan Kota Surakarta,
bahkan pernah ada wacana tentang penggabungan wilayah wilayah kota satelit di
sekitar Surakarta termasuk Solo Baru untuk dimasukkan ke dalam wilayahnya. Luas
wilayah Kota Surakarta beserta wilayah-wilayah kota penyangganya saat ini
sekitar 150 km² dengan jumlah penduduknya sekitar 1 juta jiwa.
Pemerintahan
Surakarta terletak di provinsi Jawa
Tengah. Sebelum bergabung dengan Indonesia, Surakarta diperintah oleh sultan.
Semasa dikuasai oleh Belanda, Surakarta dikenal sebagai sebuah Vorstenland atau
kerajaan. Penguasa keraton Surakarta saat ini bergelar Pakubuwono XIII, yang
saat ini masih diperebutkan antara Pangeran Tedjowulan dan Pangeran Hangabehi.
Selain keraton Surakarta, terdapat pula keraton Mangkunegaran yang diperintah
oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak memiliki kekuasaan politik di
Surakarta.
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi
Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk
Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan
Mangkunegaran.
Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk
berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada
tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis
sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota
Surakarta.
Wali Kota
Wali kota Surakarta saat ini adalah F.X. Hadi Rudyatmo menggantikan Ir. Joko
Widodo yang dilantik menjadi gubernur DKI Jakarta tanggal 15 Oktober 2012.
Pasangan wali kota dan wakil wali kota, yang sering disebut sebagai Jokowi-Rudy,
pertama kali terpilih sebagai wali kota Solo untuk masa bakti 2005-2010.
Kemudian pasangan dari PDI-P ini terpilih lagi untuk masa bakti kedua dengan
perolehan suara lebih dari 90% untuk masa jabatan 2010-2015.
Di bawah kepemimpinan Jokowi dan Rudy,
Solo mengalami perubahan yang pesat. Para pedagang barang bekas di Taman
Banjarsari dapat direlokasi hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi
lahan hijau terbuka. Investor diberi syarat untuk mau memikirkan kepentingan
publik. Komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal)
diadakan secara rutin dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar
semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Sebagai tindak
lanjut branding, Jokowi mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi
Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut
dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah konferensi organisasi tersebut
pada bulan Oktober 2008 ini. Sejak 1 Oktober 2012 Walikota Surakarta Ir. Joko
Widodo mengundurkan diri dari jabatan walikota setelah terpilih menjadi
Gubernur DKI Jakarta periode 2012 - 2017.
Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih
menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008".
Pada tanggal 17 April 2013, Gubernur
Jawa Tengah Bibit Waluyo resmi melantik Dr. H. Achmad Purnomo sebagai wakil
wali kota Surakarta menggantikan F.X. Hadi Rudyatmo yang menjadi wali kota
Surakarta.
Julukan dan
semboyan
Surakarta memiliki semboyan
"Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah",
sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran
pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya
Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan
Solo The Spirit of Java diperoleh dari hasil sayembara yang diadakan oleh
Pemkot Solo pada 4 Oktober sampai 14 November 2005 yang dimenangkan oleh Dwi
Endang Setyorini (warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali). Logonya, dikerjakan oleh
perusahaan periklanan pemenang pitching (tender), yaitu Freshblood Indonesia
(Solo) dan didampingi oleh tim konsultan desain Optimaxi (Jakarta) di bawah
pengawasan GTZ dalam rangkaian program Regional Economic Development (RED) atau
GTZ-RED.
Perancangan logo berlangsung sekitar
enam bulan di Solo. Selama masa itu diselenggarakan sesi konsultasi dengan
Badan Koordinasi Antar Daerah (BKAD) dan tokoh masyarakat, yang puncak
sosialisasinya digelar di Ballroom Hotel Quality (The Sunan Hotel saat ini),
dihadiri beragam kalangan sebagai representasi wilayah Solo Raya.
Tim perancang bekerja dengan bekal
slogan hasil sayembara dan dituntut menjabarkan konsep Spirit of Java dalam
wujud visual. Identitas visual yang berupa tulisan ”Solo” beserta slogan di
bawahnya dengan aksen huruf ”O” berbentuk relung diperoleh dari ekstraksi
konsep visual yang merefleksikan kesan Jawa dalam tampilannya. Relung dalam
logo bisa saja mengingatkan orang pada ornamen keris, batik, atau mebel yang merujuk
pada wilayah (Jawa).
Selain itu Kota Solo juga memiliki
beberapa julukan, antara lain Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet. Penduduk
Solo disebut sebagai wong Solo, dan istilah putri Solo juga banyak digunakan
untuk menyebut wanita yang memiliki karakteristik mirip wanita dari Solo.
Kependudukan
Salah satu sensus paling awal yang
dilakukan di wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun
1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543
orang Tionghoa. Wilayah seluas 5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186
penduduk/km². Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki
124.041 penduduk.
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun
2010 adalah 503.421 jiwa, terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita,
yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas
44,1 km2. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita
terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%.
Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah
penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10 tahun terakhir
berkisar 0,565 % per tahun. Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah
11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan
Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).
Jika dibandingkan dengan kota lain di
Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8
terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi
terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.
Kecamatan terpadat di Solo adalah Pasar
Kliwon, yang luasnya hanya sepersepuluh luas keseluruhan Solo, sedangkan
Laweyan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah. Laju pertumbuhan
penduduk Solo selama 2000-2010 adalah 0,25%, jauh di bawah laju pertumbuhan
penduduk Jawa Tengah sebesar 0,46%.
Jika wilayah penyangga Surakarta juga
digabungkan secara keseluruhan (Solo Raya: Surakarta, Kartasura, Colomadu,
Ngemplak, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km². Penduduknya lebih
dari 800.000 jiwa
Pendidikan
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik)
pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan 869 sekolah di Surakarta,
dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT,
dan 16 sekolah lain. [24] Di Solo terdapat dua universitas besar, yaitu
Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), keduanya
memiliki lebih dari 20.000 mahasiswa aktif dan termasuk katagori 50 universitas
terbaik di Indonesia. Demikian pula terdapat Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Surakarta,Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52
universitas swasta lainnya seperti Unisri, Universitas Tunas Pembangunan,
Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, dll. Solo
juga kini menjadi tempat tujuan studi para lulusan SMA dari seluruh Indonesia
Perekonomian dan
perdagangan
Industri batik menjadi salah satu
industri khas Solo. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di
Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain
menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Solo
berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan
Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki
banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi,
dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama
dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam bahasa Jawa: Pasar
Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan
nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar
barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar
(setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata
Alun-Alun Utara Keraton Solo.
Pusat bisnis kota Solo terletak di
sepanjang jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan,
restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang
jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji Gandrung (rumah dinas wali
kota). Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi
kendaraan bermotor, untuk digunakan sebagai ajang Solo Car Free Day, sebagai
bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Solo
antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point
(SCP), Singosaren Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC),
Hartono Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu Luwes, Sami Luwes, Luwes
Sangkrah, Luwes Gading, Luwes Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur
Plaza.
Solo memiliki beberapa pabrik yang
mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan
Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona
industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Solo.
Keberagaman
Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta
beragam, yang mencerminkan keberagaman kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
Solo, mulai dari masjid terbesar dan paling sakral yang terletak di bagian
barat kota Surakarta, yaitu Masjid Agung Surakarta yang dibangun sekitar tahun
1727 atas prakarsa dari Paku Buwono X, Masjid Mangkunegaran, masjid tertua di
Solo, Masjid Laweyan, Gereja St. Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St.
Antonius Purbayan, hingga Tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po
Kian, dan Sahasra Adhi Pura.
Selain dihuni oleh suku Jawa, ada banyak
pula penduduk beretnis Tionghoa, dan Arab yang tinggal di Surakarta. Walaupun
tidak ada data pasti berapa jumlah masing-masing kepercayaan maupun etnis
penduduk dalam sensus terakhir (2010), namun mereka banyak membaur di
tengah-tengah warga Solo pada umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah
kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan
Pasar Kliwon Penempatan kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur
sejak zaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta dan
demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di Pasar
Kliwon diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya perkampungan di Pasar
Kliwon, selain disebabkan oleh adanya politik pemukiman di masa kerajaan, juga
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah kolonial. Warto dalam penelitiannya
menyebutkan pada tahun 1984, jumlah keturunan Arab adalah 1.877 jiwa, sementara
jumlah warga Tionghoa adalah 103 jiwa. Berdasarkan data monografi kelurahan
Pasar Kliwon tahun 2005, menyebutkan bahwa jumlah keturunan Arab adalah 1.775
jiwa, sedangkan keturunan Tionghoa adalah 135 jiwa. Dari data tersebut dapat
dilihat adanya penurunan jumlah penduduk keturunan Arab di Pasar Kliwon. Hal ini
disebabkan karena lahan di kelurahan Pasar Kliwon semakin sempit sehingga
terjadi perpindahan di daerah lain.
Sementara itu perkampungan Tionghoa
banyak terfokus di wilayah Balong, Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng
Tien Kok Sie
Layanan publik
Beberapa rumah sakit bersejarah antara
lain RS Kadipolo dan Rumah Sakit Panti Kosala (Kandang Sapi). Sementara rumah
sakit lain dengan fasilitas UGD 24 jam antara lain RSUD Moewardi, RS PKU
Muhammadiyah, RS Islam Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti
Waluyo, RS Brayat Minulyo, dan RS Dr. Oen Solo Baru. RS Ortopedi Dr. Soeharso
adalah salah satu pusat ortopedi terkemuka di Indonesia yang pernah menjadi
pusat rujukan tulang nasional.
Solo juga memiliki beberapa taman,
antara lain Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji, Taman
Sriwedari, yang juga merangkap sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran musik
dangdut dan wayang orang, tepatnya di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Tempat ini
menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang
berdasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu juga
digelar cerita-cerita wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari
dengan wayang orang RRI Surakarta dan bahkan dengan seniman-seniman wayang
orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya. Tempat hiburan umum lainnya adalah
Kebun Binatang Jurug (Taman Satwataru Jurug), yaitu salah satu dari kebun binatang
terbesar dan tertua di Indonesia.
Tempat pemakaman umum di Surakarta
antara lain adalah TPU Purwoloyo, TPU Utoroloyo, TMP Kusuma Bakti, TPU Pucang
Sawit, dan pemakaman Tionghoa yang terletak di kecamatan Jebres, TPU Bonoloyo,
Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur yang terletak di kecamatan
Banjarsari, TPU Pracimoloyo maupun TPU Daksinoloyo di perbatasan Kabupaten
Sukoharjo.[33] Karena jumlah lahannya yang terbatas, saat ini banyak anggota
masyarakat yang memilih untuk menguburkan orang yang sudah meninggal di
pemakaman-pemakaman yang terletak di luar batas kota Solo, misalnya pemakaman
Kristen di Jeruksawit, Karanganyar, kompleks pemakaman Delingan di Karanganyar,
dll. Khusus bagi raja-raja keraton Surakarta, bagi raja yang meninggal akan
dimakamkan di pemakaman hereditas di Makam Imogiri di puncak sebuah bukit 12 km
di sebelah selatan Yogjakarta
Kode area untuk kota Solo adalah 271.
Telepon umum koin/kartu jarang dijumpai, sebagai gantinya, beberapa wartel
tersebar di berbagai sudut kota. Selain itu mereka juga biasanya menjual pulsa
prabayar. Warnet juga banyak dijumpai di berbagai tempat, sedangkan beberapa
tempat sudah mulai menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk para pengunjungnya.
Bencana
Sejak sekitar pertengahan 2000-an,
hampir setiap tahunnya Solo mengalami banjir. Puncaknya adalah saat banjir
besar Desember 2007. Bencana itu membuat pemerintah kota Solo mulai melakukan
perbaikan sistem pembuangan air. Perbaikan yang dilakukan selama dua tahun
akhirnya rampung tahun 2009 dan menciptakan solusi bagi bencana banjir. Selain
itu secara lokasi Solo juga dekat dengan Gunung Merapi, sehingga pada Letusan
Merapi 2010 yang lalu juga turut merasakan efeknya.
Kesehatan
Rumah Sakit
Kota Surakarta dan wilayah sekitarnya
mempunyai beberapa rumah sakit, di antaranya:
Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi (Rumah
Sakit Jebres)
Rumah Sakit Islam Kustati
Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta
Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta (Kandang
Sapi)
Rumah Sakit Ortopedi Dr. Soeharso
Rumah Sakit Panti Waluyo
Rumah Sakit Slamet Riyadi (DKT)
Rumah Sakit AURI Adi Sumarmo
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Rumah Sakit Kasih Ibu
Rumah Sakit Brayat Minulyo
Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru
Rumah Sakit Jiwa Surakarta
Rumah Sakit Jiwa Panti Rapih
Rumah Sakit Bersalin Triharsi
Rumah sakit Kadipolo
Rumah Sakit Jiwa Solo
Rumah Sakit Jiwa Syaraf Puri Waluyo
Rumah Sakit Jiwa Dewantoro
Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
di Solo antara lain:
Puskesmas Pajang
Puskesmas Penumping
Puskesmas Purwosari
Puskesmas Jayengan
Puskesmas Kratonan
Puskesmas Gajahan
Puskesmas Sangkrah
Puskesmas Purwodiningratan
Puskesmas Ngoresan
Puskesmas Sibela
Puskesmas Pucangsawit
Puskesmas Nusukan
Puskesmas Manahan
Puskesmas Gilingan
Puskesmas Banyuanyar
Puskesmas Setabelan
Puskesmas Gambirsari
Olahraga
Kota
Solo memiliki sejarah olahraga yang cukup lama. Tahun 1923 di Solo telah
terbentuk klub sepak bola, salah satu klub yang pertama di Indonesia yang kala
itu masih bernama Hindia Belanda, yang bernama Persis Solo. Persis Solo adalah
raksasa sepak bola di Hindia Belanda yang masih eksis hingga saat ini, Persis
pernah menjuarai kompetisi Perserikatan sebanyak 7 kali dan saat ini bermain di
Divisi Utama Liga Indonesia. Selain Persis Solo, tercatat beberapa klub sepak
bola lain pernah hadir di Solo, antara lain Arseto Solo, Pelita Solo,
Persijatim Solo FC, dan terakhir adalah kontestan Liga Primer Indonesia, Solo
FC yang baru terbentuk pada tahun 2010. Kedua tim sepak bola yang masih eksis
saat ini, yaitu Persis Solo dan Solo FC, bermarkas di Stadion Manahan, sebuah
stadion tipe Stadion Madya Olimpiade kategori B+ dan salah satu stadion terbaik
di Jawa Tengah yang pernah beberapa kali menjadi tempat penyelenggaraan even
olahraga tingkat nasional dan internasional. Di stadion yang memiliki kapasitas
25.000 penonton ini antara lain pernah menjadi tempat pertandingan Liga
Champions AFC 2007 karena Persik tidak punya stadion kandang memadai, final
Piala Indonesia 2010, pembukaan Liga Primer Indonesia musim pertama pada 15
Januari 2011, dan menjadi penyelenggara ASEAN Paragames 2011. Jika awalnya
Manahan merupakan tanah lapang tempat olah raga memanah, stadion ini beberapa
kali berubah fungsinya, mulai dari tempat balapan kuda (dengan kandang-kandang
kuda di kampung Kestalan dan Setabelan, serta di kompleks keraton), hingga saat
ini difungsikan sebagai lapangan sepak bola dan ketika malam hari dan hari
Minggu berubah menjadi kawasan sosial bagi warga kota Solo. Kebudayaan serta
olahraga memanah dan pacuan kuda sendiri saat ini sudah sangat jarang ditemukan
di kota Solo.
Pada tahun 1948, Solo juga dipercaya
untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional yang pertama, yang tanggal
pembukaannya masih diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional. Pada kejuaraan
itu, Solo yang berlaga mewakili Karesidenan Surakarta berhasil merebut gelar
juara umum.
Sedangkan hingga tahun 2009, Solo juga
memiliki satu-satunya klub basket profesional di Jawa Tengah, yaitu Bhinneka
Solo. Beberapa gelanggang olah raga di kota Solo antara lain Stadion Manahan
dan Stadion Sriwedari untuk olahraga sepak bola dan GOR Bhinneka, yang kini
berganti nama menjadi Stadion Sritex.
Pada tanggal 9 Juli 2011 di Solo
diadakan Kongres Luar Biasa PSSI yang bertujuan memilih ketua dan pengurus PSSI
yang baru untuk menggantikan Nurdin Halid dan pengurus yang lama. Dalam kongres
ini Djohar Arifin Husein dan Farid Rahman akhirnya menjadi Ketua Umum dan Wakil
Ketua PSSI periode 2011-2015.
Transportasi
Kota Surakarta terletak di pertemuan
antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya
yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan
jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Saat ini sebuah jalan tol –
Jalan Tol Semarang-Solo – yang menghubungkan ke Semarang sedang dalam proses
pembangunan. Solo juga merupakan kota yang terkurung daratan, sehingga tidak
memiliki moda transportasi air.
Angkutan darat
Becak adalah salah satu moda
transportasi paling umum di Solo.
Taksi adalah salah satu moda
transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara, turis dapat memesan tiket
dengan menyebutkan tujuannya dan membayar ongkos taksi di muka. Beberapa jasa
pelayanan taksi antara lain Aravia (636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti
(664504,856300), Mahkota Ratu (655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil
juga dapat ditemu di bandara.
Jasa transportasi tradisional yang
terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga manusia. Angkutan
umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.
Bus
Terminal
bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena
merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur
(terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung). Selain Tirtonadi,
terdapat pula dua terminal untuk angkutan lokal: Terminal Harjodaksino di sisi
selatan kota (dulu merupakan terminal bus antarkota) dan Terminal Tipes di sisi
barat kota. Selain itu, dua terminal penunjang terdapat pula di sekitar kota
namun berada di luar pengelolaan pemerintah kota, yaitu Terminal Kartasura di
barat, yang terhubung ke Jakarta dan Surabaya, dan Terminal Palur di timur
kota.
Selain itu pada tahun 2010 diluncurkan
angkutan umum massal bus Batik Solo Trans dengan satu rute.
Kereta api
Stasiun Balapan
Stasiun kereta api utama bernama Stasiun
Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia
(dibangun 1873) yang menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan
Surabaya (timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu
hal yang jarang dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini
cukup baik, mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam
semua kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain.
Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api
kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota
(Sangkrah) merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri.
Stasiun Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang menuju Wonogiri
(selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun pemberhentian untuk jurusan
Boyolali (barat). Kereta api ekspres ke Jakarta memakan waktu tempuh 10 jam,
sementara kereta api ekspres ke Surabaya memakan waktu tempuh 5 jam. Kereta api
ekspres yang melalui Solo antara lain: Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima dan
Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung),
Argo Wilis dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo
juga melayani transportasi dari/ke Jakarta.
Selain itu transportasi Solo juga
memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya kota di Indonesia
yang memiliki rel kereta api yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di
sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Kereta api
Feeder Wonogiri yang saat ini dialihfungsikan sebagai kereta api wisata Sepur
Kluthuk Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Solo) dan
Kampung Batik Kauman.
Pesawat terbang
Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo
(kode SOC, dulu bernama "Panasan", terletak 14 kilometer di sebelah
utara kota Solo. Secara administratif banda udara ini terletak di luar batas
kota Solo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara
ini terhubung ke Jakarta (8-penerbangan sehari), Kuala Lumpur, Singapura &
Bandar Seri Begawan, serta Arab Saudi (pada musim haji). Waktu tempuh
perjalanan udara dengan Jakarta berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator
penerbangan yang melayani rute dari/ke kota Solo antara lain Garuda Indonesia,
Sriwijaya Air, Lion Air, Malaysia Airlines, Singapore Airlines & Royal
Brunei Airlines. Bandara Adisumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan
penerimaan Haji dari Asrama Haji Donohudan Boyolali Indonesia.
Pariwisata
Solo juga dikenal sebagai daerah tujuan
wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya
wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta dan candi Borobudur/Prambanan juga akan
singgah di Solo, atau sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Solo adalah Keraton
Surakarta, Keraton Mangkunegaran, dan pasar-pasar tradisionalnya.
Di Solo terdapat beberapa citywalk yang
ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, antara lain di koridor
Ngarsopuro, di sepanjang jalan Slamet Riyadi sepanjang 6-7 km dan selebar 3 m,
dan di sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk
sebagai citywalk tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.
Wisata alam
Wisata-wisata alam di sekitar Solo
antara lain Tawangmangu (berada di timur kota Solo, di Karanganyar), kawasan
wisata Selo (berada di barat kota Solo, di Boyolali), agrowisata kebun teh
Kemuning, Air Terjun Jumog, Air Terjun Parang Ijo, Air terjun Segoro Gunung,
Grojogan Sewu, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di
lereng Gunung Lawu, terdapat beberapa candi peninggalan kebudayaan
Hindu-Buddha, seperti Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Monyet, dll. Selain itu
tidak jauh dari Solo juga dapat ditemui Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi
Ratu Boko, Candi Kalasan, dan di Yogyakarta terdapat Candi Sambisari, Candi
Kalasan, dan Candi Sari.
Festival dan
perayaan
Setiap tahun pada tanggal-tanggal
tertentu Keraton Surakarta mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik.
Perayaan tersebut pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa.
Perayaan-perayaan tersebut antara lain:
Kirab Pusaka 1
Suro
Acara ini diselenggarakan oleh Keraton
Surakarta dan Puro Mangkunegaran pada malam hari menjelang tanggal 1 Suro.
Acara ini ditujukan untuk merayakan tahun baru Jawa 1 Suro. Rute yang ditempuh
kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton - Alun-alun Utara - Gladak - Jl. Mayor
Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi - Jl. Veteran - Jl. Yos Sudarso - Jl. Slamet Riyadi
- Gladak kemudian kembali ke Keraton lagi. Pusaka- pusaka yang memiliki daya
magis tersebut dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Kirap
yang berada di depan adalah sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sedangkan
barisan para pembawa pusaka berada di belakangnya.
Sekaten
Sekaten diadakan setiap bulan Mulud
untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud
diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu.
selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat
menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni
dan akrobat. Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara Grebeg di
Alun-alun Utara. Upacara Sekaten diadakan pertama kali pada masa pemerintahan
Kerajaan Demak.
Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro diadakan untuk
memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Festival
yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan Balong
(di kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Solo.
Grebeg Mulud
Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk
memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Grebeg Mulud merupakan bagian dari
perayaan Sekaten. Dalam upacara ini para abdi dalem dengan berbusana "Jawi
Jangkep Sowan Keraton" mengarak Gunungan ( Pareden ) dari Keraton
Surakarta ke Masjid Agung Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam
sayuran dan penganan tradisional. Setelah didoakan oleh Ngulamadalem (Ulama
Keraton), satu buah Gunungan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat
pengunjung dan satu buah lagi dibawa kembali ke Keraton untuk dibagikan kepada
para abdi dalem.
Tinggalan Dalem
Jumenengan
Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk
memperingati hari ulang tahun penobatan raja. Dalam acara ini sang raja duduk
diatas dampar di Pendopo Agung Sasanasewaka dengan dihadap oleh para abdi dalem
keraton sambil menyaksikan tari sakral " Tari Bedoyo Ketawang " yang
ditarikan oleh 9 remaja putri yang belum menikah. Para penari terdiri dari para
wayahdalem, santanadalem atau kerabat dalem lainnya atau dapat juga penari umum
yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.
Grebeg Pasa
Grebek ini diadakan untuk merayakan hari
Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini berlangsung setelah melakukan salat Ied.
Prosesi acaranya sama dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak
Gunungan dari Keraton ke Mesjid Agung untuk didoakan oleh ulama keraton kemudian
dibagikan kepada masyarakat pengunjung.
Syawalan
Syawalan mulai diadakan satu hari
setelah hari Raya Idul Fitri dan berlangsung di Taman Satwa Taru Jurug di tepi
Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu "Larung Getek Jaka Tingkir"
diadakan pembagian ketupat pada masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga
diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional.
Grebeg Besar
Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal
10 Besar). Upacara sama dengan prosesi Gunungan pada Grebeg Pasa dan Grebeg
Mulud.
Solo Batik
Carnival
Karnaval Batik Solo atau Solo Batik
Carnival adalah sebuah even tahunan yang diadakan oleh pemerintah Kota
Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para
peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di
tentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas
catwalk yang berada di jalan Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun
pada bulan Juni sejak tahun 2008.
Solo Batik
Fashion
Demikian pula Solo Batik Fashion adalah
sebuah peragaan busana batik tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah di
tempat-tempat terbuka supaya dapat dinikmati oleh segenap warga Solo. Peragaan
batik ini diadakan setiap tahun pada bulan Juli sejak tahun 2009.
Wisata kuliner
Solo
terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan khas
Surakarta antara lain: sate kambing, nasi liwet, nasi timlo, nasi gudeg dan
gudeg cakar, pecel desa, cabuk rambak, bestik Solo, selat Solo, bakso Solo,
srabi, intip, tengkleng, bakpia, roti mandarin, kambing guling, sate buntel,
sate kere, dll.
Beberapa minuman khas Surakarta antara
lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol
pleret (gempol terbuat dari sejenis tepung beras, sedangkan pleret terbuat dari
ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda
dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll. Sementara itu, koridor Gladag setiap malam
diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Solo dengan nama Galabo (Gladang
Langen Bogan)
Arsitektur dan
peninggalan sejarah
Pasar Klewer
Karena sejarahnya, terdapat banyak
bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari bangunan ibadah, bangunan umum,
keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton Surakarta (dibangun 1675) dan
Pura Mangkunagaran (dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg
peninggalan Belanda, dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman
Walikota Surakarta. Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat
ini masih utuh kondisinya ini selain digunakan sebagi tempat kediaman pejabat
pemerintah Belanda, juga sering digunakan untuk dansa-dansi gaya Eropa dan
bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.
Pada tahun 1997 telah didata 70
peninggalan sejarah di Solo yang meliputi tempat bersejarah, rumah tradisional,
bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu gerbang, monumen, furnitur jalan, dan
taman kota.
Lansekap kota Solo juga dikenal karena
tidak memiliki bangunan pencakar langit. Namun sejak 2010, di Solo terdapat
sebuah apartemen pencakar langit, yaitu Solo Paragon.
Museum dan
perpustakaan
Museum batik yang terlengkap di
Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan museum tertua di Indonesia, yaitu
Museum Radya Pustaka, terletak di jalan protokol Slamet Riyadi, Surakarta.
Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng
Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX
dan Paku Buwono X, memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat
di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari. Selain itu ada pula Museum Keraton
Surakarta (Museum Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (Museum Rekso
Pustaka), Museum Pers, Museum Sangiran, dan Museum Lukis Dullah.
Selain museum, terdapat pula sebuah
situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko
yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik
dalam bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi
pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya
sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan
sarasehan. Para seniman juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai
Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran
lukisan, patung, kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai
ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non
seni.
Budaya
Surakarta dikenal sebagai salah satu
inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan salah satu pusat
politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19
mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga,
busana, arsitektur, dan bermacam-macam ekspresi budaya lainnya. Orang
mengetahui adanya "persaingan" kultural antara Surakarta dan Yogyakarta,
sehingga melahirkan apa yang dikenal sebagai "gaya Surakarta" dan
"gaya Yogyakarta" di bidang busana, gerak tarian, seni tatah kulit
(wayang), pengolahan batik, gamelan, dan sebagainya.
Bahasa
Papan nama jalan protokol Slamet Riyadi
ditulis menggunakan aksara Jawa.
Bahasa yang digunakan di Surakarta
adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian
Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta,
Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun
demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus"
karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari,
lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta
digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di
Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata
"inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda
dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/),
seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih
mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan
lainnya.[butuh rujukan]
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat
Solo menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia, namun sejak kepemimpinan
wali kota Joko Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya
di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama
instansi pemerintahan dan bisnis swasta.
Solo juga berperan dalam pembentukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia. Pada tahun 1938, dalam
rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan
budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat,
Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara.[53] Dalam kongres tersebut
dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen,
mendirikan Institut Bahasa Indonesia,
dan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
Pernikahan adat
Pernikahan adat Surakarta juga memiliki
ciri-ciri yang khusus, mulai dari lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara
siraman dan midodaren.
Tarian
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti
Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan
Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian
seperti Bedhaya Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun
untuk menghormati Sri Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta
Batik
Batik adalah kain dengan corak atau
motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax) yang dituliskan
atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang
dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti
Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris,
Batik Danarhadi, dan Batik Semar. Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi
pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo
(PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan
Laweyan juga terdapat Kampung batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri
batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546. Kampun batik
lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman.
Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan
sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan
kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah
produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki
kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk
mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.
Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang
khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari
gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap,
mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam,
mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai
dari batik tulis hingga batik cap
Setiap tahunnya Solo juga mengadakan
Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota Solo mengoperasikan
bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.
Surakarta dalam
budaya popular
Sungai Bengawan Solo menjadi inspirasi
dari lagu yang diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940-an. Lagu ini menjadi
populer di negara-negara di Asia. Selain itu, sungai ini pun telah menjadi
judul tiga film, yaitu dua film berjudul "Bengawan Solo" tahun 1949
dan 1971, serta satu film berjudul Di Tepi Bengawan Solo (1951). Film-film lain
yang mengambil tema Solo antara lain adalah: Putri Solo (1953) dan Bermalam di
Solo (1962).
Kota kembar
Montana, Bulgaria
Bilbao, Spanyol
Algiers, Algeria
Tokoh-tokoh dari
Surakarta
Tokoh-tokoh dari Solo meliputi Raja-raja
Kasunanan dan Mangkunegaran, antara lain Mangkunegara I (Raden Mas Said atau
Pangeran Sambernyawa), Mangkunegara IV, yang pada masa pemerintahannya membawa
Mangkunegaran menuju puncak kejayaan, serta Pakubuwana VI, yang mendukung
perjuangan Pangeran Diponegoro, dan Pakubuwana X. Pahlawan dari Solo antara
lain: Albertus Soegijopranoto, Uskup Agung Semarang, Dr. Muwardi, Kiai Haji
Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam, R. Maladi, Menteri Penerangan, Menteri
Pemuda dan Olahraga, dan Ketua PSSI, Jenderal GPH Djatikusumo, Kepala Staf TNI
Angkatan Darat yang pertama (1948-1949), Muljadi Djojomartono, Menteri Sosial
dan tokoh Muhammadiyah, Achmad Baiquni, ahli atom indonesia, Dr. Suharso, ahli
ortopedi, Dr. Supomo, Menteri Hukum dan HAM, dan salah satu arsitek UUD 1945,
Ir. Sedyatmo, pencipta struktur cakar ayam, Ir. Sutami, Menteri Pekerjaan Umum
dan insinyur gedung DPR/MRP, dan Slamet Riyadi.
Dari bidang politik terdapat antara lain
mantan ketua MPR Amien Rais dan Wiranto, sedangkan dari bidang seni dan sastra
ada sederet tokoh, antara lain Basuki Abdullah, Gesang, Luluk Purwanto,
Radjiman Wedyodiningrat, Rangga Warsita, Rendra, Teguh Srimulat, Waljinah,
Wahjoe Sardono, Nunung, Yasadipura I, Yasadipura II, Didi Kempot, Setiawan
Djodi, dan Mamiek Prakoso. Dari bidang olahraga terdapat petenis Wynne
Prakusya, pelari tercepat di Asia Tenggara Suryo Agung, pembalap Rio Haryanto,
grandmaster Edhi Handoko, serta pebulutangkis Icuk Sugiarto, Rudy Gunawan, dan
Bambang Suprianto.
Downloaded: August 29th 2014
at 13:59 pm
edited in someways