Mendamba UN yang Jujur
OPINI | Dimuat di Jurnal Nasional pada Senin 18 April 2011
Sertifikasi Otomatis Cetak Guru Profesional?
Dimuat di Harian Solopos pada Selasa 4 Nopember 2008
Wajah Bopeng Pendidikan Kita
Refleksi Hardiknas
Kaji Ulang Ujian Nasional
Dimuat di Jurnal Nasional pada Sabtu 11 Mei 2013
Setelah RSBI dibubarkan
OPINI | Sutrisno, Guru SMPN 1 Wonogiri
Selasa, 30 November 2021
Selasa, 02 November 2021
ANARKISME ANAK SD
ANARKISME ANAK SD
Perkembangan keyakinan dan pemikiran manusia
tentang pendidikan sekarang ini melahirkan beberapa ideologi dan paradigma
dalam merumuskan hakikat, tujuan, dan metode dalam sistem pendidikan nasional.
Dari beberapa ideologi dan paradigma ini memunculkan gagasan baru dengan lebih
memilih dan menggunakan ekonomi politik sebagai fondasi utama dalam sistem
pendidikan nasional.
Namun, kenyataannya sistem pendidikan
seperti ini mengalami dekadensi dan degradasi standar moral bangsa. Faktor
utama penyebabnya adalah sistem pendidikan kita telah mengingkari visi dan misi
utamanya, seperti yang disampaikan pahlawan pendidikan kita Ki Hajar Dewantara
tentang ”memanusiakan manusia”.
Driyarkara (1980) menguraikan bahwa
pendidikan merupakan homonisasi dan humanisasi, dengan kata lain, berarti
pendidikan sebagai proses menjadi manusia yang manusiawi. Drost (1998:2)
menegaskan visi yang sama dengan Driyarkara, yaitu memanusiakan manusia sebagai
inti pendidikan. Proses memanusiakan manusia terjadi demi kemandirian si
individu bersangkutan, tetapi juga ”demi masyarakat karena manusia itu adalah
manusia demi manusia-manusia lain”.
Namun, sayangnya, proses pendidikan
memanusiakan manusia belum terimplementasi dengan baik. Dunia pendidikan
dihebohkan oleh aksi anarkisme anak sekolah dasar (SD). Aksi anarkis anak SD
antara lain terjadi di Lubuk Ngin, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas,
Sumatera Selatan. AFS (12), murid SD Negeri 1 Lubuk Ngin, dianiaya oleh empat
temannya di dalam kelas, dan mengalami patah tulang leher dan sempat koma selama
tiga hari (Kompas.com, 14/10/2021). AFS kini lumpuh total. Korban bahkan sempat
hilang ingatan dan tidak mengenali orangtuanya (Kompas.TV, 22/10/2021).
Peristiwa itu bukanlah yang pertama. Renggo
Khadafi (11), siswa kelas V SD di Jakarta Timur, meninggal karena
dipukuli kakak kelasnya. Penyebabnya sepele, pisang goreng yang dipegang kakak
kelas jatuh tersenggol Renggo. Fajar Murdianto (12), siswa kelas V SDN
Klumprit 1 Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, juga tewas, diduga
karena dikeroyok teman sekolahnya.
Kasus perundungan (bullying) anak di
sekolah di Indonesia sangat parah. Perilaku ini sudah terjadi di hampir seluruh
sekolah di Indonesia. Pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia, kerap
menjadi tempat suburnya praktik-praktik kekerasan.
Anarkisme anak SD tersebut mencerminkan
betapa dunia pendidikan gagal dalam pembentukan manusia yang berilmu
pengetahuan dan bertakwa kepada Tuhan. Pendidikan yang menjadi basis dan kawah
candradimuka peradaban, jelas menghadapi tantangan yang makin rumit dan
kompleks.
Dunia pendidikan tak hanya dituntut untuk
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa didik, tetapi juga harus mampu
menjalankan peran dan fungsinya untuk menaburkan, menanamkan, menyuburkan, dan
sekaligus mengakarkan nilai-nilai akhlak dan budi pekerti sehingga keluaran
pendidikan benar-benar menjadi sosok yang ”utuh” dan ”paripurna”; menjadi
pribadi yang berkarakter jujur, rendah hati, dan responsif terhadap
persoalan-persoalan kebangsaan.
Anarkisme anak SD merupakan cermin kegagalan
sebuah sistem pendidikan. Ada yang salah dalam sistem pendidikan di negeri ini,
hilangnya etika, perilaku baik, disiplin, merasa benar sendiri, serta tidak
menghargai orang lain.
Sistem dan kurikulum pendidikan di
Indonesia saya kira telah kehilangan roh dan maknanya serta tercerabut dari
akar budayanya sendiri. Pendidikan di Indonesia juga alpa dengan sistem
meritokrasi (proses pencapaian-pencapaian prestasi) sehingga hanya menciptakan
manusia-manusia medioker.
Longgarnya pengawasan dari orangtua dan guru
menambah liarnya kebanyakan siswa sehingga hanya akibat sepele atau iseng bisa
menimbulkan kekerasan. Kekerasan yang terjadi merupakan ekspresi dari atmosfer
yang mendorong terjadinya kekerasan. Inilah yang oleh Johan Galtung disebut
sebagai ”lingkaran setan kekerasan” (vicious cycle of violence). Kita
seolah-olah melihat lingkaran setan kekerasan dalam pendidikan yang akan terus
berputar tanpa tahu harus berhenti di mana.
Harus diingat, bahwa anak SD sebagai generasi
pelanjut kepemimpinan bangsa, eksistensinya sangat menentukan nasib bangsa ini
di masa depan. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika sikap dan tindakan
siswa SD tidak mencerminkan sebagai generasi bangsa yang berkualitas. Lalu,
bagaimana menghapus kekerasan (bullying) di sekolah?
Dari pihak sekolah, perlu pembenahan sistem
pendidikan. Pengembangan model pembelajaran problem solving based bisa
menjadi solusi. Inti pembelajaran di sekolah, menurut Gagne’s (1980), adalah
mendorong pelajar mampu berpikir logis, sistematis, dan menjadi pemecah masalah
yang baik (better problem solvers).
Selanjutnya, penguatan kultur akademik
sekolah yang demokratis dan egaliter. Ini membebaskan sumbat-sumbat impuls
pemicu awal tindak kekerasan. Selain itu, penyediaan lingkungan alam dan sosial
pendidikan yang memadai, nyaman, aman, dan menyenangkan akan mengabsorb impuls
penyebab tindak kekerasan di luar sekolah.
Institusi sekolah juga jangan menekan siswa
dengan berbagai tuntutan dan beban tugas sekolah yang berlebihan. Begitu pula
dengan orangtua. Sebaliknya perhatikan dan kembangkan kompetensi tiap pribadi.
Dengan begitu, ia akan dapat mengembangkan dirinya dalam kegiatan yang positif
sehingga ia tidak sempat ikut melakukan aksi kekerasan. Virus-virus optimisme,
kemandirian, dan kebersamaan harus ditularkan kepada semua pemangku kepentingan
di sekolah.
Dari sisi siswa, perilaku kekerasan yang
sama sekali jauh dari identitas dirinya sebagai pelajar harus dihindari.
Mendesain agenda program yang lebih menguatkan eksistensi diri sebagai seorang
pelajar. Siswa SD cenderung senang untuk belajar secara langsung karena rasa
ingin tahu lebih tinggi dan suka berkelompok. Di sinilah siswa SD harus
membiasakan diri untuk berperilaku yang tidak menyimpang dari kegiatan
pembelajaran.
Dari sisi siswa, perilaku kekerasan
yang sama sekali jauh dari identitas dirinya sebagai pelajar harus dihindari.
Dukungan pemerintah dan masyarakat juga
tidak kalah pentingnya. Pemerintah melalui Kemendikbudristek bisa membangun
relasi dan kerja sama yang lebih baik, khususnya dalam meningkatkan
produktivitas siswa dalam belajar dan berkarya.
Peran penting masyarakat juga tidak bisa
diremehkan. Memberikan dorongan dan semangat bagi para siswa dalam berbagai
kegiatan kesiswaan ekstra sekolah, yang bisa mendekatkan siswa dengan
masyarakat termasuk antarsiswa lintas sekolah itu sendiri.
Pemerintah harus proaktif mengawasi media
yang menyiarkan kekerasan, baik media elektronik maupun internet (medsos).
Dalam lingkungan sosial, tanggung jawab pendidikan siswa berada di tangan semua
elemen masyarakat.
Pendidikan di sini senada dengan pendapat
Driyarkara, bahwa pendidikan itu memanusiakan manusia. Ingat bahwa pendidikan
bukan hanya mengutamakan segi kognitif dan psikomotorik, melainkan juga
afektif. Justru dengan memperhatikan afeksi, siswa akan mencapai identitas yang
sehat.
Upaya memutus mata rantai kekerasan di
sekolah memerlukan upaya menyeluruh. Anarkisme anak SD semakin meyakinkan akan
pentingnya pendidikan karakter dan budi pekerti di sekolah. Pendidikan karakter
menjadi sangat urgen untuk diterapkan. Pemerintahan Joko Widodo sangat
ditantang untuk mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai pilar kekuatan
bangsa.
Apa pun ceritanya, perundungan/kekerasan di
sekolah harus dihapus dan dihentikan. Sebab, pendidikan dengan kekerasan masih
terdapat di dalamnya telah kehilangan filosofi dan tujuannya. Dan kehilangan
kedua pilar ini sangat berbahaya bagi perjalanan bangsa ini ke depan.
Sutrisno, Pendidik, Alumnus Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Sabtu, 18 September 2021
KISI-KISI PTS GASAL TAHUN 2021/2022 MAPEL BAHASA INGGRIS
Jumat, 10 September 2021
Anak-anak Lapar Perlindungan
Maraknya anak-anak menjadi korban Covid-19 menunjukkan bahwa perlindungan pada anak-anak adalah persoalan serius bagi bangsa ini. Selain Covid-19, berbagai bentuk kekerasan juga mengancam anak-anak.
Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli 2021 masih dipayungi awan kelabu pandemi Covid-19. Anak-anak Indonesia di tengah amukan virus korona yang mematikan. Varian baru Covid-19 membuat anak-anak rentan terpapar dan bisa merenggut jiwa. Maka, perlindungan terhadap anak-anak sangat penting dan harus menjadi fokus utama.
Tema HAN 2021, ”Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, sangat relevan dengan situasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Anak adalah masa depan sehingga penting untuk melindungi anak-anak dari ancaman Covid-19.
Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli 2021 masih dipayungi awan kelabu pandemi Covid-19. Anak-anak Indonesia di tengah amukan virus korona yang mematikan. Varian baru Covid-19 membuat anak-anak rentan terpapar dan bisa merenggut jiwa. Maka, perlindungan terhadap anak-anak sangat penting dan harus menjadi fokus utama.
Tema HAN 2021, ”Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, sangat relevan dengan situasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Anak adalah masa depan sehingga penting untuk melindungi anak-anak dari ancaman Covid-19.
Menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B Pulungan, setiap satu minggu setidaknya terdapat dua anak yang meninggal karena Covid-19 di Nusantara. Hingga kini, jumlah anak yang terinfeksi Covid-19 sebanyak 12,3 persen dari kasus kumulatif nasional. Sebanyak 2,5 persen di antaranya merupakan anak usia 0-5 tahun, sementara 9,5 persen lainnya merupakan anak usia 6-18 tahun. Adapun case fatality rate-nya 3-5 persen. Dengan demikian, Indonesia menjadi negara dengan kematian anak karena Covid-19 yang tertinggi atau terbanyak di dunia.
Sejak virus korona baru masuk Indonesia, anak-anak kehilangan dunianya. Dunia bermain tak lagi bebas dengan teman sebaya di luar rumah atau lingkungan masyarakat. Kegembiraan bersekolah di ruang hilang karena pembelajaran tatap muka dihentikan dan diganti dengan sistem pembelajaran jarak jauh dengan metode dalam jaringan (daring).
Anak-anak tidak leluasa beraktivitas di luar untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan keterampilannya. Anak-anak diharuskan bermain, belajar, dan berativitas di rumah dengan mematuhi aturan protokol kesehatan (prokes). Muncul kekhawatiran dampak pandemi Covid-19 pada anak terjadinya hilangnya minat belajar (lost learning) dan yang berbahaya adalah hilangnya generasi penerus (lost generation).
Penyair Lebanon, Kahlil Gibran, dalam bukunya, Sang Nabi, mengingatkan kita bahwa ”anakmu bukanlah anakmu”. Ungkapan Gibran di atas sebenarnya adalah untuk menyadarkan kita untuk menjaga anak sebagai titipan Tuhan dan betapa penting peranan anak di masa depan.
Masa depan anak erat kaitannya dengan perlindungan anak. Artinya, perlindungan anak menjamin anak berkembang secara optimal sehingga secara otomatis masa depan anak menjadi terjamin. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin, melindungi, dan memenuhi hak anak agar hidup dan tumbuh berkembang secara optimal, berpartisipasi serta mendapatkan perlindungan dari bermacam bentuk kekerasan dan penelantaran. Maraknya anak-anak menjadi korban Covid-19 seharusnya menggugah perhatian masyarakat bahwa perlindungan pada anak-anak adalah persoalan serius bagi bangsa ini.
Anak-anak lapar akan perlindungan dari orangtua, masyarakat, sekolah, dan negara. Bentuk tanggung jawab orangtua terhadap anak dapat diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan fisik dan kejahatan seksual, pemberian pendidikan, pengenalan etika dan sopan santun, pemberian bekal agama yang baik dan perlindungan jiwa raganya. Dalam masa pandemi, keluarga ialah benteng utama dan pertama dalam melawan pandemi Covid-19 melalui tindakan nyata penerapan prokes sebagai harga dan pengawasan yang ketat pada anak. Memastikan anak usia 12-17 mendapat vaksin Covid-19 untuk melindungi serta mencegah anak-anak menularkan kepada orang dewasa yang rentan.
Tanggung jawab masyarakat adalah menciptakan lingkungan interaksi sosial yang positif sehingga anak bisa bersosialisasi dengan baik bersama dengan teman-temannya maupun lingkungan sekitarnya. Ciptakan lingkungan masyarakat yang sehat, bersih, ramah, peduli, dan memberdayakan anak sehingga mampu tumbuh kembang dalam meraih cita-citanya.
Masyarakat juga punya kewajiban memberikan perlindungan dan keselamatan anak dengan berbagai upaya dan program sesuai kemampuan serta sumber daya yang ada. Karena dalam masyarakat, ada anak yang ikut isolasi mandiri, anak yang kehilangan orang terdekat karena Covid-19, anak yang kehilangan hak akibat keluarga (orangtua) terdampak Covid-19. Memperbanyak lembaga atau komunitas yang berkonsentrasi pada penegakan hak anak karena dampak psikologis dan sosial pada anak pada masa pandemi akan lama.
Negara harus lebih serius
Sementara negara harus lebih serius memberikan jaminan dan merealisasikan program perlindungan anak Indonesia sebagai amanat Konvensi Hak Anak, pelaksanaan UU Perlindungan Anak dan Pasal 28B Ayat (2) UUD 1945. Selanjutnya, mengeluarkan kebijakan negara yang bersifat teknis dalam melindungi anak dari segala bentuk tindak pelanggaran hak anak seperti bunuh diri, penyiksaan anak berujung maut, tindak kekerasan (child abuse), kekerasan/komersialisasi seksual, diskriminasi, trafficking, dan perlakuan salah lainnya.
Pembiaran dan impunitas atas pelanggaran hak-hak anak adalah refleksi rendahnya derajat keberadaan dan lemahnya empati kemanusiaan oleh negara. Presiden Joko Widodo perlu membuat gerakan nasional peduli akan perlindungan dan terpenuhinya hak-hak anak terlebih di masa pandemi Covid-19 khususnya anak perempuan, anak penyandang disabilitas, anak dalam keluarga ekonomi lemah, dan anak di wilayah terpencil yang sulit akses logistik dan infrastruktur.
Anak-anak tidak hanya diteror bahaya Covid-19, tetapi juga ancaman berbagai bentuk kekerasan anak. Di sinilah pentingnya strategis advokasi keras dan penegakan hukum dengan menerapkan ancaman sanksi hukum maksimal yang berat dan konsisten terhadap pelaku kekerasan anak. Hal ini untuk memberikan efek jera kepada pelaku.
Selanjutnya, perlu partisipasi lintas sektoral dan program dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Kemendikbudristek, Polri, KPAI, Komnas PA, pemprov, pemkab/pemkot dan masyarakat baik LSM/NGO serta organisasi masyarakat sipil lainnya untuk memenuhi hak anak mendapatkan pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, hidup yang layak, rasa aman, dan tempat tinggal yang memadai. Kemitraan yang sejajar dan kondusif merupakan syarat suksesnya sebuah agenda.
Peringatan HAN kiranya menjadi pengingat bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan pemerintah dan semua elemen bangsa untuk lebih memedulikan kepentingan anak-anak. Paling tidak, suara anak-anak dari berbagai latar belakang didengar oleh negara dan dijadikan pertimbangan dalam membuat program serta kebijakan terkait pemenuhan hak dan perlindungan dalam situasi pandemi Covid-19. Jika anak terlindungi, masa depan anak menjadi cerah dan terjamin bangsa pun mengalami kemajuan. Indonesia Layak Anak 2030 dan Generasi Emas 2045 akan bisa terwujud.
Sutrisno, Pendidik, Alumnus Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Sumber : Kompas.id
https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/07/anak-anak-lapar-perlindungan/
Rabu, 04 Agustus 2021
REKENING GHOIB
9 Rahasia REKENING GAIB Sepanjang Masa
1. Rekening yang pertama belilah sarung atau mukena. Lalu sedekahkanlah di masjid yang ramai di sekitar kota Anda yang Anda tahu. Maka setiap kali orang memakai sarung atau mukena yang Anda sedekahkan ini, maka pahala orang yang sholat ini pun juga akan mengalir kepada Anda selama sarung dan mukena ini dipakai.
2. Rekening yang kedua, berikanlah sumbangan kepada masjid yang sedang direnovasi atau dibangun. Nggak perlu harus besar, kecil pun tak masalah yang penting Anda menjadi bagian darinya. Bisa nyumbang biaya per meternya, atau beliin 1 kardus keramiknya, 1 sak semennya bahkan 1 keran pun tak jadi soal. Maka selama masjid ini berdiri dan dipakai untuk sholat, pahala pun akan terus mengalir untuk Anda.
3. Rekening yang ketiga, belilah Al Quran. Lalu letakkan di masjid-masjid atau di rumah-rumah tahfidz. Hadiahkan Qur’an ini. Maka selama Qur’an ini terus dibaca, berharaplah setiap hurufnya akan menjadi pahala bagi Anda juga.
4. Rekening yang keempat, bersedekahlah kepada sekolah atau madrasah yang mengajarkan Qur’an. Salah satu alasan kenapa saya mendirikan sebuah TPA dan TK adalah karena di dalamnya Qur’an diajarkan. Dan setiap kali Qur’an dihapalkan oleh anak-anak, hingga nanti dia dewasa menggunakannya dalam sholatnya, insyaallah, saya pun akan mendapatkan pahalanya. Karena terhitung sebagai pembuka jalan kebaikan.
5. Rekening yang kelima, tanggunglah kehidupan seorang yatim. Jika Anda berani dan mampu maka tanggunglah kehidupan seorang yatim. Ini seperti membeli nyawa kedua. Mungkin kita akan lebih dulu tua dan meninggal. Maka saat itu terjadi, sementara anak yatim yang pernah kita asuh masih tumbuh. Seluruh amal kebaikannya pun akan menjadi wasilah bagi bertambahnya hitungan amal kita pula. Kalau belum punya cukup kemampuan, minimal bayarin SPP bulanannya di sekolah.
6. Rekening yang keenam, tanggunglah makan seorang guru atau ustadz. Seorang guru yang mengajar setiap hari dengan ikhlas, mengajarkan kebaikan ke banyak anak sepanjang hidupnya. Jika kita ikut berbakti menanggung kehidupannya, maka kita pun akan memiliki rekening amal seperti yang guru tersebut punya. Karena kita adalah yang ikut membantu beliau untu terus mampu memperpanjang nafas dakwahnya.
7. Rekening yang ketujuh, tanamlah sebuah pohon. Menanam pohon akan sangat bermanfaat. Apalagi jika pohon ini mampu hidup ratusan tahun. Selain membantu menyediakan oksigen, barang siapa yang berteduh di bawahnya pun akan terhitung menjadi catatan amal kebaikan kita. ini seperti memiliki pohon amal yang tiap saat bisa dipetik tanpa mengenal musiman.
8. Rekening yang kedelapan, belilah kursi roda. Lalu sedekahkanlah ke klinik atau rumah sakit atau panti jompo. Maka setiap kali kursi roda ini termanfaatkan. Bisa Anda bisa bayangkan amalanamalan baik ini pun akan terus mengalir untuk Anda.
9. Rekening yang kesembilan, yang paling murah diantara semuanya. Sebarkanlah tulisan ini jika Anda merasa bahwa ini bermanfaat. Maka apapun perbuatan baik yang akan lahir setelah orang membaca artikel ini, semoga itu pun menjadi catatan amal kebaikan Anda. Karena lewat membagikannya, Anda sudah menjadi pembuka jalan kebaikan dan menunjukkan jalan kebaikan kepada orang lain. Itulah bonus terakhir yang bisa saya berikan untuk Anda. Saya harap ilmunya benar-benar Woow untuk Anda semua dan yang lebih penting, ini semua bisa bekerja untuk Anda. tentu hanya jika Anda mau melakukannya dengan serius dan konsisten. Terima Kasih.. dan semoga bermanfaat. Salam dari saya untuk keluarga Anda di rumah.
Source: Anonimuous WAG
Senin, 05 Juli 2021
QUANTUM HEALING
QUANTUM HEALING
Kisah Nyata
Seorang wanita usia lanjut yang kaya raya akan melakukan transplantasi/ cangkok ginjal untuk kelangsungan hidupnya.
Setelah melalui proses seleksi yang ketat ada satu di antara calon pendonor yang memenuhi syarat, yaitu seorang ibu muda yang miskin.
Saat tiba waktunya, kedua wanita ini harus bermalam di RS, agar proses persiapan operasi cangkok ginjal berjalan lancar.
Di pagi hari yang telah ditentukan, sebelum masuk ke ruang operasi, wanita kaya, ingin bertemu dengan calon pendonor ginjalnya.
Namun sesampainya di depan kamar, ia mendengar wanita tersebut sedang menangis.
Setelah diketuk berkali-kali, pada akhirnya pintupun dibuka.
"Kenapa Ibu menangis?"
"Saya terpaksa menjadi pendonor ginjal karena saya sangat miskin Nyonya.
Suami saya telah lama meninggal. Saya harus menghidupi 3 anak yang masih kecil kecil seorang diri. Sementara pekerjaan saya hanya buruh nyuci".
"Maaf nyonya, sebenarnya saya tidak ingin melakukan hal ini seandainya saya punya uang," Ujarnya dengan penuh lirih.
Mendengar penuturan wanita calon pendonor ginjal yang penuh derai air mata , Wanita kaya merasa terharu dan Iba.
Sejenak kemudian dia berkata: "Saya sudah tua, sudah begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada saya. Sepertinya Saya tidak lagi memerlukan ginjal baru. Kalau Allah menghendaki, biarlah saya meninggal dengan penyakit ini. Saya sudah pasrah siap menerima apapun yang terbaik menurut kehendak Allah,.
Ambillah uang itu Dik, sebagai sedekah dari saya. Untuk biaya hidupmu membesarkan anak anakmu. .
Saya ikhlas menerima penyakit ini."
Sejenak suasana menjadi hening.
Diraihnya wanita muda yang sedang bersimpu di bawah tempat tidur, sambil di peluknya.
Mereka berpelukan, seketika tangis kedua wanita ini menggema, memenuhi ruangan.
Operasi akhirnya dibatalkan.
Kedua wanita itu kembali ke rumahnya masing-masing
Sebulan berlalu, Wanita kaya itu tidak lagi ada keluhan tentang fungsi ginjalnya.
Karena merasa ada yang berbeda, wanita Kaya ini datang kembali ke Rumah Sakit untuk konsultasi kepada Dokter yang menanganinya selama ini.
Ternyata hasil rekam medik terbaru, dokternya terkejut, ginjalnya telah berfungsi kembali.
Secara medis hal itu sulit dijelaskan.
Para Pakar Kesehatan mengatakan kesembuhan seperti ini disebut dengan "Quantum Healing,"
Tidak jelas mekanismenya, tetapi ada proses yang terjadi yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu kedokteran.
Saat ini, para ahli hanya bisa menjelaskan Ada mekanisme psiko neuro endokrinimunologi
Mekanisme yg bermula dari Qalbu.
Seorang pasien yang pasrah "sepasrah-pasrahnya" , iklas menerima apapun yg terbaik bagi dirinya, dapat memengaruhi sistem kerja syarafnya dalam menghasilkan berbagai hormon penyembuhan.
Kondisi kejiwaan seseorang yang sudah masuk ke dimensi ini, sangat berpengaruh besar pada fungsi hormonalnya.
Dan pada akhiirnya hormon yang ada dalam tubuhnyalah yang bekerja memperbaiki organ tubuh yang rusak tanpa perlu bantuan dari unsur Medis.
Berbahagialah orang yang iklas berderma, karena mereka akan peroleh kemurahan dari Allah SWT.
Semoga bermanfaat
Wassalam..
Sumber naskah
QUANTUM HEALING: Discover the Power of Self-Healing through the laws of Quantum Physics and the Body-Mind Connection
Wikipedia
Sabtu, 03 Juli 2021
SEBUTAN DINTEN BASA JAWI
Kagem pangenget-enget kula aturaken sebutan wulan lan dinten basa Jawi,Piyantun Jawi sampun ngantos ninggalaken Jawinipun.
Minggu, 30 Mei 2021
PERBUB NO 10 TAHUN 2021 TENTANG PAKAIAN DINAS ASN DI KABUPATEN WONOGIRI
Peraturan Bupati Wonogiri Nomer 10 tahun 2021 tentang pakaian dinas Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Wonogiri.
File PDF bisa di DOWNLOAD pada link di bawah ini:
Kisi-Kisi Penilaian Akhir Tahun (PAT) Mapel Bahasa Inggris
SMP Negeri 1 Wonogiri
Kisi-Kisi Penilaian Akhir Tahun Mata Pelajaran Bahasa Inggris bisa diunduh pada link di bawah ini.
Klik DOWNLOAD sesuai kelas yang di inginkan!
KELAS VII DOWNLOAD di sini
KELAS VIII DOWNLOAD di sini
Jangan ketinggalan informasi kegiatan sekolah dengan menyaksikan tayangan-tayangan video di bawah ini:
trisnosolo channel
Senin, 10 Mei 2021
Mewujudkan Sekolah Aman bagi Semua
Oleh Sutrisno
Orangtua harus berperan sebagai garda terdepan dalam membentengi anak dari segala jenis kekerasan. Orangtua memegang peranan terpenting sebagai pendidik pertama dan utama anak serta membentuk karakter sang anak.
Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim mengaku sedang berupaya mendorong terciptanya lingkungan belajar yang aman bagi siswa di sekolah. Adapun caranya dengan menerapkan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan bagi Jenjang PAUD, Dasar, dan Menengah.
Kemendikbud juga tengah merancang peraturan pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual di perguruan tinggi guna menindaklanjuti permasalahan (Kompas.com, 9/3/2021).
Sejatinya, permendikbud tersebut mendorong agar sekolah, dan juga pemerintah daerah, melakukan upaya penanggulangan terhadap tindak kekerasan. Lingkupannya dimulai dari tindak kekerasan terhadap siswa, tindak kekerasan yang terjadi di sekolah, terjadi dalam kegiatan sekolah yang digelar di luar wilayah sekolah, hingga tawuran antarpelajar.
Sekolah ataupun tenaga pendidik, baik guru maupun kepala sekolah, terancam dikenai sanksi jika terbukti melakukan pembiaran terhadap tindak kekerasan yang terjadi di sekolah.
Situasi pandemi Covid-19 ternyata juga rentan terhadap kekerasan anak sekolah. Kasus kekerasan anak di sekolah sudah sangat parah. Perilaku ini sudah terjadi di hampir seluruh sekolah di Indonesia. Terbaru, seorang oknum kepala sekolah SMK swasta di Surabaya, Jawa Timur, menjanjikan akan memberikan potongan pembayaran SPP kepada siswi SMK yang ia cabuli.
Sekolah yang semestinya menjadi rumah kedua memperoleh pendidikan dan perlindungan justru menciptakan budaya kekerasan.
Terus, beredarnya video pelecehan seksual terhadap siswi di SMK di Bolaang Mongondow (Bolmong). Tindakan asusila itu terjadi di dalam kelas dan dilakukan teman-temannya sendiri. Pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia kerap menjadi tempat suburnya praktik-praktik kekerasan. Sekolah yang semestinya menjadi rumah kedua memperoleh pendidikan dan perlindungan justru menciptakan budaya kekerasan.
Padahal, sudah ada payung hukum perlindungan untuk anak melalui UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Inpres No 5/2014 tentang Gerakan Nasional Antikejahatan Seksual terhadap Anak, dan UU No 11/2012 tentang Sistem Peradilan Anak.
Intinya, perangkat hukum itu secara tegas menyebutkan bahwa hak anak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hemat saya, anak-anak korban kekerasan di sekolah adalah yang kurang mendapatkan perhatian di lingkungan rumah dan cenderung pernah mengalami kekerasan secara fisik ataupun verbal. Di samping itu, maraknya tontonan kekerasan di televisi juga faktor penyebab kekerasan anak di sekolah.
Dalam sebuah artikel karya George Gerbner dan Kathleen Connolly berjudul ”Television as New Religion” (1980) jelas disebutkan, televisi sebagai surrogate parent ataupun substitute teacher sehingga para orangtua, guru, dan pemuka agama telah kehilangan peran mereka di hadapan anak-anak. Waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menonton televisi, media sosial, lebih banyak daripada saat berbagi peran dengan orangtua.
Selain dari televisi yang sering menayangkan adegan kekerasan, beraneka ragam jenis permainan atau gim (game) atau Playstation yang menyuguhkan aksi kekerasan, di mana pemain menjadi aktornya, yang begitu mudah diakses kapan saja juga menyumbang tumbuhnya virus kekerasan anak. Sebab, permainan-permainan tersebut cenderung mudah ditiru anak usia SD.
Celakanya, orangtua lalai, abai, atau belum mampu mengawasi muatan permainan yang disukai anak-anaknya. Kesibukan orangtua sering kali dimanfaatkan anak untuk bermain gim video bersama teman-temannya.
Kecanduan gim video bermuatan kekerasan yang bersifat mematikan musuh sangat berbahaya bagi perkembangan mental anak. Bisa jadi anak tumbuh dengan karakter suka melakukan pengeroyokan, penyiksaan, perampasan, tawuran, dan penganiayaan yang berujung maut.
Harus diingat, anak didik sebagai generasi pelanjut kepemimpinan, eksistensinya sangat menentukan nasib bangsa ini di masa depan. Maka, mari wujudkan sekolah aman bagi semua!
Pertama, sekolah perlu pembenahan sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus berimbang dalam menanamkan nilai-nilai karakter, fungsi sosial, dan akademik sehingga keluaran pendidikan benar-benar menjadi sosok yang ”utuh” dan ”paripurna”; menjadi pribadi yang berkarakter jujur, rendah hati, dan responsif terhadap persoalan-persoalan kebangsaan.
Segera implementasikan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) yang dituangkan dalam Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2015 supaya sekolah sebagai taman untuk menumbuhkan karakter-karakter positif bagi peserta didik.
Lingkungan sekolah harus menjadi wilayah anti-kekerasan. Siswa di sekolah harus mendapatkan perlindungan dari kekerasan, baik yang dilakukan peserta didik, guru, maupun pengelola sekolah lain.
Sekolah, guru, dan pemerintah daerah semaksimal dan sebaik mungkin mengimplementasikan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015, khususnya dalam penanggulangan, pemberian sanksi, dan pencegahan kekerasan anak di sekolah. Sekolah perlu membentuk satuan kerja pencegahan kekerasan supaya bisa mencegah potensi kekerasan di lingkungan sekolah.
Kedua, peran guru dalam pengawasan terhadap semua anak didiknya. Menurut Rhenald Kasali (2014), kalau guru memiliki kemampuan observasi yang kuat, tak satu pun masalah anak luput dari catatan dan sentuhannya. Guru menjadi orang pertama yang membaca mengapa anak tiba-tiba menjadi amat takut, sakit, memukul teman-temannya, kurang bergairah, cerewet, asyik dengan dirinya sendiri, banyak melamun, dan seterusnya.
Guru harus mampu menjalankan peran dan fungsinya untuk menaburkan, menanamkan, menyuburkan, dan sekaligus mengakarkan nilai-nilai akhlak serta budi pekerti sehingga anak didik memiliki pedoman dalam berperilaku.
Ketiga, orangtua harus berperan sebagai garda terdepan dalam membentengi anak dari segala jenis kekerasan.
Ketiga, orangtua harus berperan sebagai garda terdepan dalam membentengi anak dari segala jenis kekerasan. Orangtua memegang peranan terpenting sebagai pendidik pertama dan utama anak serta membentuk karakter sang anak.
Perhatian, kasih sayang, dan pengawasan harus intensif diberikan kepada anak, baik di dalam maupun luar rumah, termasuk permainan gim video dan smartphone. Berkomunikasi dengan anak juga sangat penting untuk mendengar, curhat, dan meminta pendapat sehingga anak merasa ”diorangkan”.
Keempat, menuntut pemerintah supaya segera menghentikan tayangan-tayangan kekerasan, mistik, pornografi, dan tayangan lain yang tidak mendidik bagi proses tumbuh kembang anak serta pemerintah dan orangtua bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan panduan kepada anak karena mereka masih membutuhkan itu dalam proses evolusi kapasitas menjadi personal yang tidak lagi dependen dan menuju kedewasaannya. Mari wujudkan sekolah aman bagi semua, aman bagi siswa, aman bagi guru, dan aman di lingkungan sekolah.
Sutrisno, Pendidik, Alumnus Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Artikel ini dimuat di Kompas Id pada tanggal 3 Mei 2021
https://www.kompas.id/baca/opini/2021/05/03/mewujudkan-sekolah-aman-bagi-semua/
Jumat, 05 Maret 2021
KISI-KISI PENILAIAN TENGAH SEMESTER (PTS) GENAP TAHUN 2020/2021 MAPEL BAHASA INGGRIS SMP
Kisi-Kisi Penilaian Tengah Semester (PTS) Genap tahun 2020/2021
Mata Pelajaran Bahasa Inggris
SMP Negeri 1 Wonogiri
Silahkan download sesuai kelas kalian pada link di bawah ini:
KELAS 7 DOWNLOAD DISINI
KELAS 8 DOWNLOAD DISINI
KELAS 9 DOWNLOAD DISINI
GOOD LUCK!
Temen-temen.... Jangan lupa subscribe channel YouTube RESMI SMP Negeri 1 Wonogiri pada link di bawah ini ya.... atau scan barcode di atas... Ikuti informasi dan kegiatan sekolah pada channel tersebut... OK see you there!
https://www.youtube.com/channel/UC_9_rmqAqgVpRamwW0dm1jA
Senin, 08 Februari 2021
MANFAAT HOBBY MANCING
Tonton Video Lengkap di Link https://www.youtube.com/watch?v=0RM7mdl_SUw&t=176s
TENTANG ASESMEN NASIONAL
BUKU PANDUAN DAN TANYA JAWAB TENTANG ASESMEN NASIONAL
DAPAT DI DOWNLOAD PADA LINK DI BAWAH INI:
TANYA JAWAB TENTANG ASESMEN NASIONAL
FILE SHARE EDUBRAND
Dapatkan info terbaru tentang pembelajaran di channel YouTube trisnosolo
Writing A Recount Text
Channel YouTube trisnosolo jangan lupa subscribe, like dan share ya... terima kasih